Saturday, June 16, 2018

Jika 1982 adalah Hot Space, Apa yang Pantas untuk 2018?

Beberapa saat setelah gue lahir, bokap beli kaset QUEEN yang baru rilis saat itu, 'Hot Space'. Beliau pun menorehkan nama gue di bagian atas sampul albumnya.

Kalo gue pribadi punya beberapa nomer Istimewa, di antaranya dua lagu yang sengaja ditulis oleh Freddie Mercury untuk mendiang John Lennon, yang meninggal dua tahun sebelum 'Hot Space' dirilis.

“They called him a hero in the land of the free” kata Freddie untuk Lennon. Meski kebanyakan menelan disko, di tembang 'Put Out the Fire' ini kita kembali merasakan irama rock yang menggigit.

Sedangkan tembang 'Life Is Real (Song for Lennon)' memang jelas-jelas didedikasikan untuk Lennon,
"Lennon is a genius, living in every pore. Life is cruel, life is a bitch. Life is real, so real."

Lagu terbaik di album ini menurut pasar adalah 'Under Pressure', yang memang tercatat jadi hits nomor 1 di Inggris kala itu. Disini Freddie Mercury berduet dengan David Bowie. Satu dekade kemudian, betotan bass John Deacon yang khas dijadikan sampling oleh rapper Vanilla Ice.

Di album ini, Queen yang dikenal pure-rock tiba-tiba banyak memasukan unsur disko dan funk di sana-sini. Banyak kritikus yang bilang kalau album ini 'jelek'. Baik buruknya album ini tentu berdasarkan penilaian telinga pendengarnya. Sebab sebagai teks, 'Hot Space' adalah milik publik yang bebas tafsir, dan mau gak mau album ini menjadi bagian representasi zaman saat gue dilahirkan.

Nah, pertanyaannya adalah apa produk budaya saat ini yang merepresentasikan zaman ini, dan bisa dikenang dikemudian hari. Kira-kira gue harus beli album musik siapa ya? Supaya biasa ditulis nama anak gue 'Radmila Paradista' di sampul albumnya.

Oh, memang zaman ini zamannya tik tok. (*)


No comments:

Post a Comment

Featured