BAND asal Bali ini dibentuk sejak 1996 silam. Awalnya mereka
adalah band Heavy Metal yang mengusung nama S.O.S. (Soul Of Speed). Pada 14
Februari 2004, S.O.S. merilis album indie pertamanya yang berjudul “Valentine
Ungu”. Album bermaterikan delapan lagu
ini adalah titik tolak S.O.S. telah resmi pindah jalur ke Rockabilly Nu Skool.
Untuk melengkapi perubahan identitas musikalnya, pada 16
Agustus 2004 S.O.S. merubah wujud menjadi Suicidal Sinatra dengan personel Opiex
Sinatra (vokal, gitar), Leo Sinatra (gitar), Kappe Sinatra (upright bass), Ajie
Sinatra (drum)
Pada Februari 2005, Suicidal Sinatra menelurkan mini album
”Love Songs & Stinkin’ Cheese” dengan lima tembang cadas dan bertempo
sedang: “White Shoes”, “No Money No Honey”, “Can’t Be Ur Man”, “Going Old With
You”, dan “Kentang”.
Tidak cukup sampai disitu, pada 2008 mereka merilis album yang frontal bertajuk “Boogie Woogie Psychobilly”, dan pada album tersebut, Suicidal Sinatra mengukuhkan dirinya sebagai band pioneer Psychobilly di Indonesia. Lagu cukup terkenal di album ini di antaranya, ‘Iblis Surga’, ‘Polisi Moral’, dan ‘Go Psycho’. Tak lama merilis album tersebut, mereka ditinggal sang vokalis yang bekerja ke luar negeri untuk mencari pengalaman hidup. Kini, mereka kembali tampil berempat, dan Opiex kembali mengisi posisi vokal yang sebelumnya digantikan Leo.
Kepada Tribune Rockers, Suicidal Sinatra berbincang-bincang
dan menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan. Pertama adalah apa perbedaan Psychobilly dengan Punkabilly. Menurut Opiex Sinatra, Psychobilly
adalah suatu fushion genre music yang menggabungkan element punk rock (punkabilly),
rockabilly, trashabilly, surfabilly, gothabilly sehingga muncul kata genre psychobilly.
Psycobilly ini berdansa dengan alunan nada horor dimana cord minor menjadi
utamanya, sedangkan punkabilly (three cord punk), termasuk dalam music psychobilly
yang telah berfushion dengan genre-genre seperti yang telah disebutkan
sebelumnya.
Suicidal Sinatra di Taman Budaya Yogyakarta, Juni 2013 |
Tema lagu-lagu Suicidal Sinatra di angkat dari kehidupan
sosial di Indonesia, menurut Opiex di antaranya adalah cinta yang tidak
cengeng, gaya hidup keseharian, dan pengalaman pribadi personelnya. Pada lagu
‘Iblis Surga’, menurut Kape (Upright Bass)
pada kiasan lirik ini, mereka mengajak para pemuda penerus bangsa, agar
menjauhi narkoba yang hanya memberi kenikmatan sesaat dan berujung kehancuran.
Pada lagu ‘Polisi Moral’, jelas Kape adalah sebuah bentuk
perlawanan Suicidal Sinatra terhadap oknum-oknum masyarakat yang tidak lagi
mengindahkan pancasila dan keragaman kita di Indonesia yang ber Bhineka Tunggal
Ika.Sedangkan ‘Anak Rock’, menurut Aji adalah sebuah lagu yang
mengisahkan tentang keseharian kehidupan sebagian rocker-rocker tanah air yang
berpesta hingga larut, dan harus melakukan pekerjaan di pagi harinya. “telat
kerja..hahahaa,” tukasnya.
Menurut Leo, belum lama ini ada satu moment yang bisa membuat
Suicidal Sinatra berbangga hati di sepanjang karirnya, yaitu ketika menerima komentar
dan mention dari Tiger Army, yang merupakan band favorit mereka. Mention
tersebut adalah ketika Suicidal Sinatra mengcover lagu Cupid Victim milik Tiger
Army di acara Radio Show. Lebih lanjut Leo berujar bahwa bagi Suicidal Sinatra,
Yogyakarta adalah Istimewa. Di kota ini, ujarnya, musik Rockabilly/ Psychobilly
mampu berkembang lebih cepat dari Bali, meski kesempatan untuk mengenal
Rockabilly/Psychobilly menurut kami dari Bali, terutama dari fesyen yang datang
dari turis manca negara,
“kan genre tersebut awalnya memang dari sana, tapi band
band rockabilly dan psychobilly di Yogya itu luar biasa, mereka bukan hanya tahu
dan memainkan musiknya saja, tapi benar-benar mendalami arti musik tersebut,”
kata Leo Sinatra.
Kini Suicidal Sinatra sedang merampungkan album terbaru yang
90% sudah dikerjakan, dan dalam tahap revisi recording. Di album terbarunya ini
mereka menyuguhkan 11 lagu, termasuk beberapa lagu yang dirillis ulang, “Mudah-mudahanan
awal September ini kami sudah bisa launching album,” pungkas Opiex.
Menurut sang vokalis, materi di album yang akan dirillis ini masih
dengan ide atau tema-tema yang sama, “hanya saja ada beberapa perubahan konsep
cara penulisan lirik, dan arransir musik yang mengalami pendewasaan,” ucapnya.
(*)
Foto: HellEnak
Baca Juga:
No comments:
Post a Comment