Friday, April 15, 2016

Joni KKK: Pemuda Urakan Namun Klimis ((( PUNK )))

Hanya beberapa pekan saja tiba-tiba geliat saya membuat komik bergelora kembali. hal ini dipicu dari iseng-iseng beli cat sablon dan melukisnya di punggung jaket. Akhirnya menggambar sketsa dengan pensil pun tak terhindarkan. Dari sketsa tersebut tertuanglah cerita-cerita yang diangkat nggak jauh dari fenomena sosial, politik, kebudayaan dan kejadian-kejadian ringan di sekitar saya. Banyak hal yang membuat saya gelisah, terutama tentang isu keberagaman yang terancam oleh sekelompok orang yang memaksakan 'kebenaran'nya sendiri. 


Kegelisahan-kegelisahan ini sepertinya tidak mungkin direpresentasikan menjadi sebuah lagu yang kemudian dibawakan band saya Kiki & The Klan, mengingat kualitas bermusik saya amat-amat minus. Namun lewat komik, meski tetap dengan prinsip absolut 90% Styles, 10% Skills semuanya bisa disederhanakan dengan teks dan gambar berkualitas rendahan.


KomikKomuk Joni KKK yang saya ciptakan ini amat terpengaruh dari karakter Ali Oncom yang berjaya di Koran Pos Kota sewaktu saya kecil. Selain itu Komik Old Skull karya Athonk Sapto Raharjo juga menjadi pemicu bahwa menceritakan peristiwa, pengalaman, dan pemikiran lewat komik adalah hal sederhana yang menyenangkan. Kita bisa merekam segala sesuatu lewat komik yang unik. 


Merunut ke belakang, kedekatan saya dengan dunia komik dan ilustrasi sebenarnya cukup baik-baik saja. Ayah saya ialah seorang desainer grafis untuk majalah anak-anak Kuncung di tahun 70an, dan turut membangun majalah anak anak Ananda hingga gulung tikar bersamaan runtuhnya rezim ORBA. Meski tak pernah menjadi juara, sejak kecil saya senang sekali menggambar dan diikutsertakan pada berbagai perlombaan. Kesenangan itu berlanjut hingga SMA dengan membuat zine bersama kawan-kawan sekelas di jurusan Bahasa & Budaya. Kabarnya jurusan tersebut saat ini hampir punah ya? :(

Hobi corat coret tersebut kemudian mengantarkan saya pada pekerjaan pertama di sebuah tabloid kawula muda ibukota. Saat itu rezim reformasi, dimana banyak media massa baru bejamuran. Di tabloid tersebut saya bekerja sebagai ilustrator.Namun sebuah 'kesalahan' pun terjadi. Saya tertarik untuk belajar menulis dan ingin menjadi wartawan layaknya sosok Lupus, Ali Topan, juga Clark Kent (Superman). Liputan pertama saya adalah aksi pertunjukan Shaolin dari China, dan konser The Coors, band asal Irlandia yang bertandang ke Jakarta. Pekerjaan yang sebelumnya sebagai tukang gambar pun bergeser menjadi seorang reporter muda minim skill. Akhirnya niat melanjutkan kuliah di jurusan Seni Rupa pada institut ternama di ibukota, buram sudah. Atas desakan orang-orang tempat saya bekerja, sebuah kampus publisistik di kawasan Lenteng Agung saya jadikan pilihan selanjutnya.


Minat saya pada aktivitas menggambar pada awal-awal kuliah masih bergelora, saat itu saya sempat ikut membidani komunitas bernama Fantat Nungging (Fantasi Tanpa Bikin Bingung dan Pusing). Bersama ayah dan teman-teman di kampus, Saya mencoba mendirikan kembali majalah anak-anak, berangkat dari kejayaan Majalah Ananda di masa silam, majalah tersebut kami namakan 'Halo Nanda'. Nama ini sebenarnya terinspirasi dari video bawah tanah yang beredar dan menjadi populer saat itu 'Bandung Lautan Asmara' (hahahhaahaa). Di era yang sama saya juga sempat sedikit banyak belajar dunia komik dan jurnalistik lewat Majalah Sequen. Di majalah komik tersebut saya pertama kalinya berkenalan dengan orang hebat seperti Beng Rahadian, Hikmat Darmawan dan dosen keren di IKJ yang kata mahasiswanya mirip David Naif, yak mas Iwan Gunawan. :p

Seiring waktu, tabloid tempat saya bekerja ikut gulung tikar, dan bersamaan dengan itu kawan-kawan di Fantat Nungging berpencaran. Komunitas tersebut kemudian menjelma menjadi Kampung SegART yang dibidani oleh perupa ternama, The Popoh. Entah kenapa saat saat itu kegiatan menggambar perlahan saya tinggalkan. Saya memilih mencoba hal-hal baru, persetan efek positif-negatif-nya. Hingga kuliah selesai dan hijrah ke Jogja, dunia menggambar sama sekali tidak pernah saya sentuh lagi. Hingga akhirnya beberapa pekan lalu saya tergerak untuk mencorat-coret dan membangun karakter bernama Joni KKK. 

membuat sketsa KomiKKomuK Joni KKK

Wawa menyunting karakter Joni KKK

Satu, dua gambar saya unduh di sosmed, hingga Wawa, seorang desainer muda yang bernaung di kolektif @tempatkerja berminat untuk berkolaborasi, dan membuat karakter Joni KKK lebih hidup dan berwarna. Beberapa tahun lalu Saya dan Wawa sebenarnya sempat ingin mendirikan sebuah unit musik yang memainkan dub/ reggae. Ya itung-itung seperti DubYouth Soundsystem dengan syair-syair nan sufistik. Namun hal tersebut gagal total setelah mencoba membuat musik, dan hasilnya 'ELEK BANGET' hahaha.... Selain Wawak, saya juga dibantu oleh Yohan Adi aka Paijo dan Cahyadi Momo Purnama di departemen desain grafis.

Hingga saat ini, sementara sudah tercatat lebih 30 naskah untuk proyek KOMIKKOMUK Joni KKK ini. Entah nantinya mau diapakan, kami juga masih belum tahu. Karena saya seorang yang gampang 'bosanan' jadi kita lihat saja nanti sejauh mana Joni KKK ini bakal 'hidup'. :)


Salah satu teaser KOMIKKOMUK yang saya publikasikan, berjudul 'Jogja Bersabda'. Cerita ini bermula dari kebiasaan Joni yang sering berjalan-jalan di kawasan 'nJeron Beteng' (komplek pemukiman di dalam benteng Kraton Yogyakarta). Nyaris di setiap angkringan dan tongkrongan ia mendengar masyarakat membicarakan Sabda Raja yang untuk pertama kalinya dikeluarkan Sultan HB X. Sabda ini pun memancing polemik siapakah yang akan duduk di singgasana Kesultanan kelak ?

Pada lain hal, bagi Joni konsep Manunggaling Kawula Gusti ialah proses pencapaian spiritual tiap tiap individu manusia. Konsep ini amat individualis yang menyetarakan derajat sesama manusia, namun oleh raja-raja Kesultanan Islam Nusantara, ajaran ini diserap sebagai keharusan rakyat patuh pada Rajanya, dan keniscayaan Raja menyatu dengan rakyatnya, alias 'merakyat'. Tapi konsep hanyalah sekedar konsep.

Di sisi lain banyak bertebaran slogan 'tandingan' bertajuk 'Sabda Warga'. Ini adalah salah satu karya @antitankproject sebagai bentuk kritik atas pembangunan hotel yang makin marak di Jogja. Kota ini sering didefinisikan sebagai kota budaya dan kota pelajar, namun belakangan di kota ini budaya dan modernitas saling membaur tapi tidak melebur. Akhirnya Joni teringat pada kata-kata yang populer di Injil Matius 22:15-22; Yesus bersabda: "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan pada kaisar, dan kepada ALLAH apa yang wajib kamu berikan kepada ALLAH".





Joni KKK ialah seorang PUNK, pemuda urakan namun klimis. Kerjanya serabutan tidak karuan. Hobinya muter muterin kampungnya sambil nyari obyekan. Kadang suka nyanyi di acara 17an antar kampung, sering juga diundang ke berbagai Kabupaten sebelah untuk menghibur warga sekitar. Idolanya mulai Elvis Presley, Tan Malaka, hingga Ali Oncom.

Joni termasuk pemuda yang jarang beribadah, dan sedikit suka hal berbau klenik. Ia kadang-kadang tampak di majelis majelis agama, katanya sih untuk menggali makna 'Cinta'. Baginya moralitas ialah hal yang absurd. Karena mulutnya yang sering 'ember', ia kerap dituduh Sesat, Kafir, Bid'ah, Kurafat, Takhayul, Penyembah Setan, dan sejenisnya. 

Namun hal tersebut tidak membuatnya benci pada ajaran agama manapun. Karena ia percaya, 'Setan' dan 'kejahatan' gak cuma ada di diskotik, pelacuran, dan tempat maksiat lainnya. Tapi Raja Setan justru sering tampil di mimbar mimbar agama, mereka dengan halusnya meyamar dalam jubah kesolehan dalam bentuk kesombongan, pemaksaan kehendak, dan sikap anti toleransi. 

Berikut karakter-karakter yang kerap muncul dalam serial ini:







Nantikan serialnya...
follow instagram nya >> komik.komuk

‪ ‎KOMIKKOMUK‬
★ ‪#‎JoniKKK‬ ★

Teks & gambar: @kikiepea
Penyunting & Desainer Grafis: @wawakzk
Additional Desainer: @yohan_an_, @momopurnama



baca juga


1 comment:

Featured