KUSTOM Kulture memang amat identik dengan
musik Rock & Roll, terutama musik Rockabilly yang populer di Amerika
pertengahan tahun 1950an. Pada perhelatan Kustomfest 2015 ini, sederet band
Rockabilly dari seluruh Indonesia hadir lewat album kompilasi bertajuk Kustomfest
2015 - Showin’ Soul Indonesian Rockabilly Compilation Vol.01. Kompilasi ini
menyajikan 14 lagu, plus 1 lagu anthem Kustomfest Showin’ Soul yang dinyanyikan
Heru Shaggydog. Lagu tersebut menjadi bonus special di kompilasi ini. Sebanyak
tiga ribu keping CD dibagi-bagikan secara gratis pada perhelatan Kustomfest di
Jogja Expo Center, 3-4 Oktober lalu. Selanjutnya, oleh pihak Kustomfest, album
ini bakal dibawa ke perhelatan Kustom Kulture di seluruh dunia.
Menurut Athonk Sapto Raharjo dari Rockin'
Spades Rockabilly Club yang menjadi Co Producer di album ini, sebelumnya ada
sekitar 50an lagu, dan 30 band dari berbagai aliran genre yang diterima.
Setelah berdebat, diskusi dan adu argumen untuk menjagokan pilihan
masing-masing, akhirnya tim seleksi, bisa menentukan dan memilih lagu-lagu yang
pantas masuk. Menurut Athonk awalnya kuota hanya untuk 12 lagu, lalu ada ide
tambahan ekstra 2 lagu. “karena banyak lagu yang bagus dan sayang kalo di
eliminir,” tambahnya.
Puncaknya terpilih 14 lagu yang dianggap cukup
mewakili tiap kota, dan ragam aransemen lagu yang variatif. Menurut Athonk, ada
beberapa lagu yang cukup menonjol, dan mencuri perhatian telinga kita: intro
catchy di 'Boom Bam Boom'-nya Rockabilly Gangsters dari Bandung, juga Kereta
Susana yang meski beraliran psychobilly, namun masih kental irama rockabilly-nya.
Kucing Kampung dengan Narsisme Blues menawarkan sesuatu yang berbeda dalam
blues. The Diegos dengan lagu 'Big City Girl', sangat
kental dengan 'guitar driven'nya. Rock & roll swing ala The Sleting Down,
dan lagu cintanya Kiki & The Klan hadir dengan brass sectionnya. Juga lagu
'Pesta' The Hydrant mampu membuat kaki bergoyang sambil menyanyi bersama. Album Kustomfest 2015 - Showin’ Soul
Indonesian Rockabilly Compilation Vol.01. ini di mixing dan mastering oleh Garry
Mailangkay (Gosnells Audio), artwork oleh Diki Leos, dan tata visual dikerjakan
oleh Petrus Kiki.
The Hydrant ialah band asal Bali yang
digawangi oleh Marshello, Vincent, Adi, dan Christopper ini menyajikan lagu
berjudul ‘Pesta’. Menurut Marshello pesta tak semata soal makan dan minum,
bukan sedangkal riang ria belaka. Lanjutnya, pesta lebih pada esensi bersuka
cita karena sedang jatuh cinta, dilanda asmara, menyuka sesama manusia, alam
semesta, dan penghargaan tulus pada kehidupan. Band pionir kebangkitan
Rockabilly ini baru saja merilis album ‘Lokananta Riot’, sebuah album ‘live’
yang direkam di studio legendaries di kota Solo. Tahun 2016 mendatang mereka
bakal menggagahi ‘Viva Las Vegas’, dan menjadi yang pertama dan satu satunya
band Indonesia yang tampil di festival Rockabilly bergengsi di Amerika Serikat
itu.
Lagu ‘Boom Bam Boom’ milik Rockabilly
Gangsters di ciptakan oleh Rose. Lagu ini bercerita tentang laki-laki yang
tertipu oleh kecantikan seorang wanita. Lagu bertempo cepat ini di kemas dengan
lirik yang liar dan ‘sexy’. Band Rockabilly asal Bandung ini terbentuk pada
Oktober 2013 dengan personil tiga orang, yaitu Rose (Vokal), Ridwan (Contrabass),
dan Bagiel (Drum). Di awal 2015 lalu mereka merilis mini album berjudul ‘Let’s
Rockin Again’ yang menorehkan sejarah sebagai album Rockabilly pertama di kota
Bandung.
Kucing Kampung ialah kuartet asal Jakarta yang
terdiri dari Ghama (Vokal), Marbun (Bass), Maik (Gitar), Adit (Gitar). Kucing
Kampung terbentuk di awal tahun 2014 karena acara tribute untuk Johnny Cash. Sesuai
sound yang mereka sajikan, Kucing Kampung seringkali tampil menyanyikan
lagu-lagu Johnny Cash di awal karirnya pada tahun 50an. Lewat tembang ‘Narsisme
Blues’, mereka menyampaikan pesan bahwa jika bersedih, jangan membuat sesuatu yang
menyedihkan, namun buatlah itu menjadi menyenangkan.
Band Boogie Woogie asal Jakarta, The Sleting
Down mengemas spirit Rock & Roll yang tertuang penuh semangat di tiap bait
dan sajak di lagu ‘Rockabilly Boogie’. Menurut mereka tembang ini lebih dari
sekedar semangat, bait demi bait di lagu ini menghasilkan pemikiran dan
keyakinan yang kebal terhadap peluru sekalipun. Lewat piano yang dimainkan sang
vokalis, The Sleting Down amat terpengaruh oleh “The Killer” Jerry Lee Lewis.
Kereta Susana ialah band Psychobilly yang di
kompilasi ini menyuguhkan tembang ‘Rockabilly Horror’. Hal yang berbeda dari band
asal Bandung ini ialah sentuhan horror/psychobilly-nya. Lagu ini masih kental
dengan sentuhan rockabilly, namun tetap diberi polesan horror agar tidak jauh
dari jenis musik yang mereka usung. Bangkit dari kehampaan tahun 2010, Di
Bandung, band maniak horror yang beranggotakan seniman dan perupa ini kemudian
mengelola sistem merchandise, kosmetik (Pomade), Desain, Rekaman, dan Produksi
secara independen. Kurangnya peminat psychobilly di Bandung tidak menyurutkan semangat
Kereta Susana untuk menebar horror dan kengerian musik psychobilly. Pada April
2015, Kereta Susana resmi memuntahkan album pertama yang berjudul ‘Cemetery
Rock’. Kini Kereta Susana ialah Edo (Vokal), Angga (Gitar), Berlin (Bass), dan
Thezar (Drum).
Milkyracers dibentuk 27 Desember 2010 di Yogyakarta,
trio yang terdiri dari Rangga (Gitar/ Vokal), Okky (Bass), Wredha (Drum) ini mulanya
merupakan band gereja yang mengusung lagu–lagu rohani yang di aransemen ulang
dengan irama rockabilly. Karena desakan teman-temannya yang ingin mereka terus
bermusik, dan besarnya dosa yang terlanjur terjadi, Milky Racers “terpaksa”
dengan keputusan untuk bermain musik dengan alunan rockabilly yang khas, dan
ber-attitude ‘rebel and independent’.
Lucky Cats terbentuk di Bali pada akhir tahun
2011, Esta (Guitar/Harmonika/Vokal), Tutuk (Lead Guitar), Prapta Sarasta (Upright
Bass), Gusde (Drums) mengambil nama “Lucky Cats” karena mereka percaya kucing
sebagai manifestasi dari kenakalan yang bercampur dengan representasi ‘cool’
didalamnya. Dengan mengusung konsep Rockabilly Revival, Lucky Cats tampil
sebagai pendatang baru di kancah musik indie lokal, khususnya skena musik Denpasar.
Band ini sedang menyiapkan album debut yang bertajuk “Dynamite Rock”.
Satu lagi band asal Pulau Dewata, The Hidden
yang dibentuk pada 13 Agustus 2010 ialah Ponget (drum), Coco (gitar/vokal), CIX
(bass/vokal). Berawal dari iseng latihan, mencoba membuat lagu, akhirnya mereka
menemukan jati diri musiknya, yaitu rockabilly. The Hidden berarti tersembunyi,
dan mereka memaknainya dengan menikmati hidup apa adanya.
Danis & The Minus Ghost Band adalah sebuah
grup yang mencoba memadukan rockabilly, swing, ragtime, country, bluegrass ke
dalam nuansa victorian ala New Orleans. Nuansa tersebut bisa dirasakan lewat
tiga unpublished single yang sudah mereka rekam yaitu ‘Boiled Salmon’, ‘Full
Time Low Wage Labor’ dan ‘Unlucky Kentucky’. Lirik yang mereka hasilkan tidak
jauh dari kehidupan kelas menengah yang stagnan. Dalam setiap penampilan, band asal Bogor ini tidak
pernah menampakan personel - personel band di atas panggung. Biasanya mereka
tampil di panggung yang gelap total atau panggung yang ditutup kain hitam. Hal
ini dilakukan karena personel Danis & The Minus Ghost Band berjumlah 5
orang yang terdiri dari 1 orang manusia dan 4 orang hantu. Danis & The
Minus Ghost Band adalah Danis (Guitar, vokal), Gradu Matt (Guitar, vokal), Thommas
Aurth (Washboard, snare, harmonica, vokal), Denver Kyle (Upright bass), Jennie
Amber (Plastic trumpet, vokal)
Band beraliran Punkabilly, The Diegos dibentuk
pada awal 2009 di pinggiran kota Yogyakarta. Karakter musik mereka gabungan
dari distorsi dan beat punk serta ‘lick’ dan riff rockabilly yang kental. Mereka ialah Aga (Vokal,
Gitar), Riz (Drum), dan Valen yang menjadi additional upright bass pada lagu ‘Big
City Girl’ yang tersaji di kompilasi ini.
Gorilla Trampoline ialah band mengusung musik
Rockabilly, Psychobilly, & Surf Rock. Band asal Bandung ini dibentuk pada
awal tahun 2009. Di kompilasi ini mereka menyajikan lagu ‘Demon Of The 21st
Century. Seperti yang tertulis lewat gigsplay.com, “Boogie yang manis” adalah
kata yang tepat untuk menggambarkan single ini. Kegelisahan yang selalu
menghantui kita sehari hari adalah penggambaran lirik dari lagu ini. sebuah
ancaman yang kita saksikan sehari-hari, serba serbi info yang mempengaruhi
semua orang dalam sekejap, terkadang menjadi hal yang mengerikan. Dibawakan
dengan gaya Psychobilly membawa suasana kelam namun tetap manis. Gorilla
Trampoline ialah Rizky Fitri Amalia (vokal), Ardian Aziz Oktriyana (Guitar),
Febry Saefur Rojab (guitar), Arini Rika Rufita (drum), Nizar Oktriyadi (Contra
Bass).
Suicidal Sinatra dibentuk di Bali sejak 1996, di
album ini mereka menawarkan single berjudul ‘Setinggi Langit Yang Abadi’. Awalnya
dengan mengusung nama S.O.S. (Soul Of Speed) bisa ditegaskan minat mereka pada
genre musik Heavy Metal, terutama Helloween. Pada fajar 2001 S.O.S. pelan-pelan
bergeser dari genre Heavy Metal menuju Rockabilly ala Living End serta diramu
dengan Psychobilly tipikal Tiger Army & Reverend Horton Heat (campur sari
ini mereka istilahkan sebagai “Rockabilly Nu Skool”).
Desperados ialah trio Countrybilly asal
Yogyakarta yang terdiri dari Tito, Tomy, dan Jojo. Sejak eksistensinya mereka
dikenal dengan energy berlebih dan fans fanatik yang disebut Country Army. Di
album kompilasi ini Desperados hadir dengan tembang ‘We Called It Jack Daniels’.
Kiki & The Klan (KKK) ialah orkes musik
'ngak ngik ngok' yang dibentuk di Yogyakarta 2010 lalu. ‘You’re My Thunder’
ialah single kedua mereka yang bercerita tentang hubungan gelap antara petir, kilat, dan halilintar.
Dengan intro yang mengingatkan kita pada adegan lepas baju di film porno tahun
80an, KKK kemudian mengajak anda berdansa poco-poco hingga lagu ini tuntas. KKK
ialah Kiki Pea, Rika Fadhila, Okky Obbow, Meynael, Dhana Dira, dan Wreda Laras,
di penampilannya mereka biasa dibantu sejumlah musisi tamu untuk instrument,
biola, akordion, dan brass section lainnya. Di single ‘You’re My Thunder’ ini
KKK dibantu oleh Adib (Trombone), dan Sarif (Trompet), keduanya ialah personel
band Ska Rock ERWE.
Seperti yang sudah disepakati bahwa Album
Kompilasi Kustomfest 2015 "Showin' Soul" - Indonesian Rockabilly
Compilation Vol. 01 merupakan sebuah bahasa "musik" rockabilly yang
mana jenis musik ini dikutuk telah memiliki ikatan sejarah dengan pergerakan
kustom kulture. “Di sini keinginan para musisi untuk berpartisipasi sangat
besar, terlihat dari proses pengumpulan demo lalu. Ide-ide berlalu lalang dalam
karya mereka,” ujar Garry Mailangkay selaku produser project ini.
Menurut Garry, rockabilly bukan hanya tentang
rambut kelimis, berdandan maskulin, dan mengandalkan “double-bass” sebagai
perangkat fashion musiknya. Bukan pula hanya sebagai musik yang mempunyai ritem
kuat, vokal “twangky”, dan efek “tape
echo” yang menggema. Tetapi tentang bagaimana menghasilkannya menjadi sebuah
bentuk yang utuh beserta dengan filosofi produksi yang bisa menciptakan ruang
untuk berkolaborasi.
Heru Shaggydog yang menjadi penyanyi tamu pada
anthem ‘Kustomfest Showin’ Soul’, CD kompilasi Kustomfest ini bisa dibilang sebuah
terobosan baru pada acara festival kustom di Indonesia. “Tentu akan lebih
menyenangkan untuk riding dan building, apabila kita memainkan 'soundtrack'
yang tepat!.” Tegasnya.
Mari Bersulang !!!
No comments:
Post a Comment