KARYA-KARYA street art baik berupa
poster, stensil, mural, dan graffiti yang terpajang di jalan tentu saja
memiliki pesan-pesan tertentu. Menurut Digie Sigit, satu di antara street
artist Yogyakarta, esensi dan uniknya berkesenian di jalanan ialah bisa
langsung dapat melakukan presentasi karya dihadapan masyarakat saat pemasangan
karya.
Banyak karya street art yang mengangkat tema fenomena sosial politik, bahkan lewat seni, tak jarang karya mereka yang mengritik kebijakan dengan pedas. Karenanya seringkali pula karya mereka pun terkena ‘sensor’, entah oleh sesama street artist lainnya, para vandalist, atau bahkan pihak pengelola tata kota.
Banyak karya street art yang mengangkat tema fenomena sosial politik, bahkan lewat seni, tak jarang karya mereka yang mengritik kebijakan dengan pedas. Karenanya seringkali pula karya mereka pun terkena ‘sensor’, entah oleh sesama street artist lainnya, para vandalist, atau bahkan pihak pengelola tata kota.
Satu di antara contoh karya street
art yang terkena ‘sensor’ jalanan ialah poster ‘Jogja Istimewa (hotelnya)’
karya Anti Tank Project. Berlokasi di perempatan Gondomanan, persis di antara
gedung Bumiputera dan Klenteng, karya yang ditempel pada awal Agustus ini akhirnya
kena sensor sekitar akhir bulan Agustus lalu. Poster bergambar Tugu Jogja
berlatar belakang gunung Merapi tersebut bertuliskan Jogja Istimewa ‘Hotelnya’.
Entah siapa yang melakukan, kata ‘Hotelnya’ yang pun hilang, hanya tinggal kata
‘Jogja Istimewa’.
Andrew Lumban Gaol dari Anti
Tank Project berujar kalau hal seperti ini sudah menjadi resiko. Tepatnya, resiko membuat
karya politis dan bersiko berkarya di jalanan. “Karya yang cenderung aman dari
muatan pesannya saja bisa hilang, apalagi karya yang jelas-jelas bertendensi
kritik, sudah pasti penyensoran akan sangat mungkin terjadi,” ujarnya santai.
Namun melihat sisi kekuatan pesannya,
karya ini sengaja harus dihilangkan karena berpotensi menyampaikan sesuatu
pesan secara kuat dan jelas, dan ini juga menunjukkan kalau masalah yang
diangkat oleh karya itu benar-benar nyata, “nyata terjadi di lingkungan kita,
itu sebabnya harus segera dihilangkan. Maka ini semakin memperjelas, kekuatan
dari sebuah karya,” tegas Andrew.
![]() |
SensorShit ! |
Menurut
Street Artist lainnya, Isrol Media Legal ruang publik ialah milik siapa pun. “Konsekuensinya
harus bisa terima apa pun yang terjadi, orang bisa memanfaatkan ruang publik untuk
apa pun,” tandasnya.
Menilik konteks karya street art,
lanjut Isrol, harus dipahami jika tiban meniban karya adalah persoalan
perebutan ruang. Ia sendiri memiliki pengalaman ketika karya stensilnya di
kawasan Pusat Perbelanjaan Progo sempat diganti dengan karya baru. Berbeda lagi
dengan karya lainnya di toko Cery kawasan Jogja National Museum yang ditiban
oleh salah satu suporter klub sepakbola. Isrol mengaku lebih bisa terima jika
diganti dengan karya yang baru. Karena dengan ditiban maka sama saja dengan
merusak karya. “Tapi ini konsekuensi yang harus diterima, terutama untuk karya
yang punya muatan isu,” ujar Isrol.
Seniman yang kerap melakukan pameran
ini mengatakan dengan terjadinya sensor pada karya-karya yang bermuatan kritik,
membuktikan adanya ketakutan para pengelola kota atas kritik-kritik tersebut.
Isrol berujar bahwa terkadang pola kerja pihak Dinas Kebersihan malah
mengotori, karena justru merusak karya jadi membuat tembok menjadi kotor. “Upaya
membersihkan seperti setengah-setengah, seharusnya bisa bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar untuk membuat tempat lebih indah,” katanya.
Poster ‘Jogja Istimewa Hotelnya’ ini
diciptakan pada Oktober 2014 lalu, tepatnya saat kegiatan pembuatan mural
“Jogja Asat” di Jembatan Kewek Yogyakarta. Sebagai mural kritik atas keringnya
beberapa sumur warga di beberapa kampung di Yogyakarta yang diduga kuat
disebabkan oleh maraknya pembangunan gedung-gedung raksasa semacam hotel,
apartemen dan mall.
Keistimewaan yang merupakan transaksi
politis yang berujung kepentingan ekonomi telah mengkhianati warganya sendiri,
warga yang begitu antusias dalam slogan-slogan “Jogja Istimewa” digiring dalam
kebutaan status Istimewa. Istimewa Hotel nya, Istimewa Mall nya, istimewa
penggusuran nya, istimewa Feodalisme nya, Istimewa Tambang pasir nya. (*)
No comments:
Post a Comment