MUSIK Rock n roll tak pernah mati! mungkin kalimat ini tidak
terdengar berlebihan jika kita melihat semakin banyaknya band yang memainkan
musik yang identik dengan jiwa muda ini. Rolling Stones dan Led Zeppelin memang
tidak pernah berhenti melahirkan generasi terbaiknya. Di setiap belahan negara
mana pun, hampir dipastikan ada sekumpulan musisi yang terinsipasi musik
mereka.
Abay, Mono, Buluq, Taphey, dan David adalah lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta dan dipertemukan atas nama musik rock n roll. Jamphe Johnson pun
kemudian dikibarkan sebagai nama band mereka. Awal Agustus 2007 lalu, band ini sudah
mulai eksis, namun hingga awal 2008 Jamphe Johnson tidak pernah berorientasi ke
panggung dan hanya sibuk untuk session recording.
Abay menjelaskan bahwa nama Jamphe Johnson tercetus begitu saja ketika mereka
berkumpul di studio. “Setelah sempat dua kali ganti nama, kita berlima
sepikiran untuk pakai Jamphe Johnson sebagai nama yang akan dipakai, nggak ada
arti khusus akan nama itu. hanya panggilan saja,” jelasnya.
Abay adalah seorang gitaris yang cukup lama aktif bermain reguler
mencover lagu-lagu Rolling Stones di sebuah bar di Yogyakarta. Personil lainnya,
Mono (drum), dan Buluq (bass) juga cukup lama bemain musik rock n roll, rhytem
session yang dimainkan Taphey cenderung terinflunce dari Guns N Roses,
sedangkan David sebagai vokalis sejak awal memang telah dibentuk dibawah
pengaruh Aerosmith. Tak heran jika musik rock yang dimainkan band ini memiliki warna
sendirinya.
“…dan orang-orang bilang itu rock'n roll, kami suka sebutan
itu,” tukas Abay tertawa.
Pada mini album pertama mereka, ( #2) Jamphe Johnson lebih cenderung dengan
lirik yang menggunakan bahasa Inggris, namun setelah dinilai kurang mengena,
Album Pertama mereka "Harmony Yang Salah", Jamphe Johnson lebih fokus
dengan lirik berbahasa Indonesia. Hingga kini album mereka sudah terjual 683
copy. “Mencapai segitu, ini sangat mengagetkan, karena awalnya tidak menduga, dan
kami harus tiga kali melakukan penggandaan,” ucap David.
Karya mereka tersebut tidak hanya diminati oleh kalangan muda. “CD yang laku
secara online dan angka penjualan merchandise yang cukup tinggi telah mengembalikan
modal awal kami,” ujarnya.
Lagu-lagu Jamphe Johnson dengan sudut pandang anak muda, dan cara penyampaiannya
yang gamblang ini bisa disimak lewat ‘Garuda Patah Hati’, ‘Nyonya Pertiwi’, ‘Ya
Oma,’ ‘Coffee Blues Jogja’, dan beberapa lagu lainnya. Sedangkan lagu tentang nakalnya
anak muda yang berbumbu cinta dengan lirik yang unik cukup terasa saat
mendengarkan ‘Hitam Biru’, ‘Buka Kartu’, dan ‘Main Di Dua Hati’.
“Ternyata lagu ini menempati hati para Rockin Flowie (sebutan
bagi fans cewek Jamphe Johnson) baik di Jogja, maupun di luar kota,” ucap Abay.
Single ‘Coffee Blues Jogja’ cukup mengangkat nama Jamphe Johnson setelah berhasil
menempati Top Chart di beberapa radio di Indonesia. Di susul oleh ‘Garuda Patah
Hati’ enam bulan selanjutnya. ‘Akhirnya Juli’ juga berhasil menempati topchart
di radio-radio Yogya.
‘Belajar Terbang’, dan ‘Jarak Jauh’ kini mereka jagokan untuk
kembali menjadi top chart seperti karya mereka sebelumnya.
Setelah menjadi second band untuk Slank
di Pekan Raya Jakarta (PRJ) tahun lalu, yang menjadi target Jamphe Johnson saat
ini adalah produksi album selanjutnya secara masif. “Kemungkinan terbesar
adalah titip edar, kami masih mempertimbangkan beberapa tawaran label, dan ini
belum kami "iya" kan,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment