DI mata dunia, bangsa kita
ini terkenal dengan kekayaan tradisi yang beraneka ragam. Satu di antara
warisan budaya tersebut adalah kesenian wayang dari Jawa. Sudah sepatutnya generasi
sekarang tetap mempertahankan tradisi tersebut. Namun, bagi sebagian besar
generasi muda, wayang adalah kesenian milik kaum tua, bahkan tak jarang yang
menganggap bahwa kesenian tradisional ini membosankan dan tidak mencuri minat
mereka untuk melestarikannya
Pada Mei 2010 lalu, Ki Catur 'Benyek' Kuncoro bersama beberapa
seniman membentuk Wayang Hip Hop sebagai media penyampaian misi dan visi yang
mereka inginkan. Pastinya, pertunjukan yang mereka lakukan berbeda dengan
pertunjukan wayang kebanyakan. Iringan musik gamelan diganti dengan iringan
musik hip hop, Hal ini menurutnya agar penyampaian misi dan visi dengan gampang
di cerna oleh generasi muda masa kini yang notabene hampir melupakan
tradisi-tradisi kebudayaan asli bangsanya.
Di Wayang Hip Hop ini, dalang Ki Catur “Benyek” Kuncoro
berkolaborasi dan musisi dari KM7 Hip Hop, dan beberapa musisi lainnya. Menurut
Ki Catur, wayang merupakan satu di antara puncak seni budaya bangsa Indonesia
yang paling menonjol. Di dalam kesenian wayang juga terdapat berbagai cabang
seni lainnya, di antaranya seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni
sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang.
Menurut perkembangannya, budaya wayang terus berubah dari
zaman ke zaman. Penggunaannya juga sebagai media penerangan, dakwah,
pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Ki Catur juga
menjelaskan bahwa pada era Orde Baru, cerita Punakawan digunakan oleh
pemerintah untuk menanamkan propagandanya yang diselipkan melalui humor-humor
yang segar.
“Karena melihat kesuksesan tersebutlah maka tidak salah kalau wayang hip hop sengaja menyuguhkan cerita-cerita humor segar yang sarat dengan nilai-nilai transformasi kehidupan terkini yang dilakoni oleh para punakawan,” jelas seniman kelahiran Bantul, 3 Maret 1975 ini.
“Karena melihat kesuksesan tersebutlah maka tidak salah kalau wayang hip hop sengaja menyuguhkan cerita-cerita humor segar yang sarat dengan nilai-nilai transformasi kehidupan terkini yang dilakoni oleh para punakawan,” jelas seniman kelahiran Bantul, 3 Maret 1975 ini.
Musik Hip Hop saat ini memang menjadi musik yang cukup
digandrungi oleh kaum muda, KM7 Hip Hop dirangkul sebagai satu kesatuan dalam
kelompok Wayang Hip Hop juga tidak terlepas dari pemikiran dan filosofi dari
musik hip hop itu sendiri. Di negara asalnya, musik Hip Hop adalah musik yang
mengunakan lirik-lirik nakal dan tajam dalam mengkritik sosial masyarakat, “Begitu
juga dengan pemusik KM7 Hip Hop, mereka menciptakan lagu-lagu Hip Hop yang
kritis dan energik dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia,”
ujarnya.
Singkatnya, Wayang Hip Hop adalah pertunjukkan seni yang
menggabungkan unsur budaya barat dan budaya timur (budaya Jawa) yang hasilnya
tentu menyuguhkan suatu keunikan tersendiri. Dalam bercerita menggunakan media
wayang, mereka mengangkat tentang isu kehidupan sosial masyarakat sehari-hari.
Meskipun musik Hip-hop yang paling utama dalam pertunjukannya, Wayang Hip-hop
juga mengalunkan lagu-lagu Jawa, pop top 40 Indonesia, tembang kenangan, dan
dangdut. Menurutnya hal ini bertujuannya agar suasana pagelaran jadi lebih
hidup dan tidak membosankan.
Para personel Wayang Hip-Hop terdiri
dari satu dalang, tiga pemusik, dan tiga penyanyi. dan alat musik yang
digunakan adalah keyboard, laptop, gitar
akustik, siter dan sejumlah perkusi seperti terbang, rebana, dan lainnya. Personil
Wayang Hip Hop tersebut digawangi oleh Ki Catur ‘Benyek’ Kuncoro
(dalang/rapper), Fahrul Fortis (music director), Inung dan Tyno (MC/rapper),
Tiara Yanthika (penyanyi, sinden, rapper), dan Khocil Birawa dan Rio Srundeng
(tallent). Saat ini mereka sedang sibuk menyelesaikan produksi pertunjuka
sekaligus launching album bertajuk ‘Endog Jagad’. (*)
SELAIN Wayang Hip Hop yang fenomenal, Ki Catur “Benyek” Kuncoro juga memiliki proyek lain yang tidak kalah progresifnya, proyek tersebut adalah Wayang Republik. Pertunjukkan wayang modern ini awalnya ditujukan untuk mengedukasi masyarakat terhadap sejarah "Nagari Ngayogyakarta" di masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Ide Wayang Republik ini muncul setelah isu Keistimewaan Yogyakarta mulai mencuat di permukaan. Wayang Republik ini merupakan wayang kulit dengan karakter tokoh-tokoh pendiri bangsa dan pejuang revolusi kemerdekaan seperti, Ir. Soekarno, Mohamad Hatta, Sri Sultan HB IX, Sri Paduka Pakualam VIII, Jendral Soedirman, Ki Hajar Dewantara, dan lain-lainnya.
Menurut KI Catur, awal kelahiran Wayang Republik cukup ajaib dan tidak terduga. Wayang Republik pertama kali dipentaskan 4 Januari 2011 pada acara Kirab Budaya Pengukuhan Yogya Kota Republik di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Saat itu acara ini dihadiri ribuan masyarakat Yogyakarta termasuk Sri Sultan HB X, kerabat kraton, dan para pejabat se DIY.
Sebelumnya Wayang yang digunakan adalah wayang suluh yang dipinjam dari Museum Wayang Kekayon. Uniknya sejak wayang tersebut dibuat tahun 1970-an, baru Ki Catur yang menggunakannya pada sebuah pertunjukkan. Karena mendapat respon dan antusias luar biasa, bahkan pihak Kraton juga merespon baik, maka wayang baru dibuatkan setelah dipesan kepada pengrajin wayang kulit handal Yogyakarta Hadi Sukirno.
Cerita yang disajikan pun semakin berkembang, mulai dari peristiwa ‘Jogja Kembali’, pecahnya agresi militer pertama hingga peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Naskah yang dimainkan dibuat sendiri oleh Ki Catur setelah diverifikasi oleh para Profesor, ahli Sejarah, dan pihak Kraton. Menurut Ki Catur, tujuan Wayang Republik ini murni sebagai misi pendidikan dan pelurusan sejarah, bukan untuk sesuatu yang komersil. Dengan proyek ini, Sang Dalang ingin menyampaikan sejarah yang seutuhnya tanpa diplintir oleh kepentingan apapun, "kalau dengan wayang kan, sebuah cerita bisa di visualkan,” ucap Ki Catur.
Ki Catur 'Benyek' Kuncoro adalah seorang seniman yang berasal dari keluarga seniman wayang.
Ayahnya (alm) Ki Supardi juga seorang dalang yang mashyur di zamannya. Ibunya bernama Sriyatini adalah seorang sinden yang masih aktif hingga sekarang. Ki Benyek adalah tipe dalang yang kritis, inovatif dan humoris. Telah banyak pementasan yang sudah dilakukannya. Ia belajar dalang secara akademis ketika masuk di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan) dan setelah itu mengembangkannya sendiri. Selain mendalang, Ki Caturu juga dikenal sebagai musisi. Berbagai jenis aliran musik dapat beliau mainkan, baik musik tradisional, kontemporer bahkan musik modern juga bisa beliau mainkan. Ki Catur sering dianggap Dalang Mletho' oleh dalang-dalang lainnya.
berpose dengan Jogja Hiphop Foundation |
Dalang Mletho |
SELAIN Wayang Hip Hop yang fenomenal, Ki Catur “Benyek” Kuncoro juga memiliki proyek lain yang tidak kalah progresifnya, proyek tersebut adalah Wayang Republik. Pertunjukkan wayang modern ini awalnya ditujukan untuk mengedukasi masyarakat terhadap sejarah "Nagari Ngayogyakarta" di masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Ide Wayang Republik ini muncul setelah isu Keistimewaan Yogyakarta mulai mencuat di permukaan. Wayang Republik ini merupakan wayang kulit dengan karakter tokoh-tokoh pendiri bangsa dan pejuang revolusi kemerdekaan seperti, Ir. Soekarno, Mohamad Hatta, Sri Sultan HB IX, Sri Paduka Pakualam VIII, Jendral Soedirman, Ki Hajar Dewantara, dan lain-lainnya.
Menurut KI Catur, awal kelahiran Wayang Republik cukup ajaib dan tidak terduga. Wayang Republik pertama kali dipentaskan 4 Januari 2011 pada acara Kirab Budaya Pengukuhan Yogya Kota Republik di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Saat itu acara ini dihadiri ribuan masyarakat Yogyakarta termasuk Sri Sultan HB X, kerabat kraton, dan para pejabat se DIY.
Sebelumnya Wayang yang digunakan adalah wayang suluh yang dipinjam dari Museum Wayang Kekayon. Uniknya sejak wayang tersebut dibuat tahun 1970-an, baru Ki Catur yang menggunakannya pada sebuah pertunjukkan. Karena mendapat respon dan antusias luar biasa, bahkan pihak Kraton juga merespon baik, maka wayang baru dibuatkan setelah dipesan kepada pengrajin wayang kulit handal Yogyakarta Hadi Sukirno.
Cerita yang disajikan pun semakin berkembang, mulai dari peristiwa ‘Jogja Kembali’, pecahnya agresi militer pertama hingga peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Naskah yang dimainkan dibuat sendiri oleh Ki Catur setelah diverifikasi oleh para Profesor, ahli Sejarah, dan pihak Kraton. Menurut Ki Catur, tujuan Wayang Republik ini murni sebagai misi pendidikan dan pelurusan sejarah, bukan untuk sesuatu yang komersil. Dengan proyek ini, Sang Dalang ingin menyampaikan sejarah yang seutuhnya tanpa diplintir oleh kepentingan apapun, "kalau dengan wayang kan, sebuah cerita bisa di visualkan,” ucap Ki Catur.
Ki Catur 'Benyek' Kuncoro adalah seorang seniman yang berasal dari keluarga seniman wayang.
Ayahnya (alm) Ki Supardi juga seorang dalang yang mashyur di zamannya. Ibunya bernama Sriyatini adalah seorang sinden yang masih aktif hingga sekarang. Ki Benyek adalah tipe dalang yang kritis, inovatif dan humoris. Telah banyak pementasan yang sudah dilakukannya. Ia belajar dalang secara akademis ketika masuk di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan) dan setelah itu mengembangkannya sendiri. Selain mendalang, Ki Caturu juga dikenal sebagai musisi. Berbagai jenis aliran musik dapat beliau mainkan, baik musik tradisional, kontemporer bahkan musik modern juga bisa beliau mainkan. Ki Catur sering dianggap Dalang Mletho' oleh dalang-dalang lainnya.
Mereka main ke Bandung, nggak, Ki? Penasaran sama yang wayang Hip Hop ... =D
ReplyDeleteyang butuh angka hasil ritual ghoib jitu
ReplyDelete,2d_3d_4d_5d_6d, telpon eyang woro manggolo di nomor ini
(_082_391_772_208_) terima kasih