Tuesday, December 27, 2016

Kisah Bojel Melawan Panleukopenia

SEJAK beberapa kali kehilangan kucing ras, saya memutuskan untuk tidak lagi memelihara kucing jenis persia, anggora, dsb. Selain karena sudah cukup 'jenuh' dengan perawatan khusus macam; ke salon, dsb, mengadopsi kucing lokal atau kucing kampung mungkin jauh lebih mengasyikan dan ada kedekatan personal. Masa iya penggemar band Stray Cats hobinya mondar-mandir ke salon kucing... (kurang filosofis ah..wkwkwkwkw)
My Baby Bojelita

Satu-satunya kucing yang saya pelihara saat itu adalah Menik, kucing lokal yang punya keturunan jauh ras anggora. Ketika saya pindah tempat tinggal untuk ke sekian kalinya, hanya Menik yang saya adopsi. Di rumah baru, Menik bergaul sangat akrab dengan kucing tetangga yang biasa saya panggil Si Usup, karena seringkali Menyusup untuk 'ngapelin' Menik.



Menik dan kehamilan pertamanya.
Anak-anak Menik & Usup
Pergaulan mereka membuahkan kehamilan pertama bagi Menik. Tanpa memerlukan perawatan khusus selama hamil, hingga persalinan, Menik melahirkan lima bayi kucing yang menggemaskan minta ampun. Beberapa minggu setelah bayi-bayi tersebut mulai merangkak dan makan sendiri, ada satu anak yang cukup memikat. Anak itu berbulu tebal (long hair), berbeda dengan saudara-saudaranya yang tampak seperti kucing kampung lainnya. Setelah dipastikan kelaminnya betina, maka dia saya beri nama Bojelita, Bocah Cantik dan Jelita. Bojel ialah kucing blasteran, yang mungkin mendapat gen kakek moyangnya yang anggora. Kalau ibaratnya cewek cantik, mungkin dia itu kayak; Doris Callebaute, Fifi Young, Ida Iasha, Donna Harun, atau minimal Nadya Hutagalung lah. :p

My Little Bojelita
Bentukan Si Bojel yang beda sendiri dari saudara-saudaranya gak justru membuat ia diperlakukan khusus. Ia makan makanan yang sama dengan saudaranya, bahkan seringkali ia lahap makan ikan keranjang (ikan cue) dari pasar, yang saya kukus sebelumnya. Ikan cue tersebut biasanya saya campur nasi, Menik dan anak-anaknya sangat doyan dengan ikan ini.












Bojel (depan kanan) bermain bersama keluarganya Usup (Bapak), Menik (Ibu) dan saudaranya.
Setelah menikah dan pindah rumah (lagi), saya membawa Menik dan dua anaknya, Bojel dan Iput. Sedangkan anak-anaknya yang lain diadopsi oleh tetangga saya, yang juga majikan Si Usup (ayah mereka). tempat tinggal yang saya tempati sekarang berupa perumahan dengan satu pintu masuk, karenanya gak banyak kendaraan yang lalu lalang di depan rumah. Apalagi banyak tetangga yang juga memelihara kucing.

Kadang kalau bosan di dalam rumah, Bojel dan Iput suka minta main di luar, kebetulan depan rumah saya ada lapangan basket, kebon, dan mushola. Kalau Menik, jangan ditanya, di rumah sebelumnya yang bersebelahan dengan kebon yang luas, sungai yang deras, dan kandang kambing yang cukup besar, Sang Induk ini pintar dan lincah sekali melompat. Karena itu di rumah sekarang, ia biasa keluar masuk rumah dengan melompat tembok dan pagar. Namun, setelah beberapa kali main di luar, Si Iput menghilang dan gak balik lagi ke rumah. :( Ya, semoga dia diadopsi orang yang mengasihi dia seumur hidup.  :)
Bojel & Iput
Menjelang dewasa, Si Bojel mulai saya kenalkan dengan pejantan. Tapi dia kayaknya pilih-pilih, beberapa kucing ras saya datangkan ke rumah untuk PDKT sama Bojel, namun dia tetap acuh, sedangkan Menik udah beberapa kali "bunting-brojol-bunting-brojol". Cerita perkucingan pun sedikit berubah, semenjak istri saya keguguran dari kehamilan yang dinanti-nanti, semua kucing dievakuasi, tak terkecuali Si Bojel. Mereka saya titipkan ke kawan-kawan dekat yang mau menampung untuk sementara. Sedangkan Si Bojel diadposi rekan kerja saya, wartawan muda asal Garut. Tempat tinggal kawan saya ini ialah kos-kosan, sehingga kalau ia sedang bertugas keluar, Si Bojel dimasukkan ke kandang kustom (hasta karya sendiri). Padahal sebelumnya Bojel dan kucing saya yang lain gak pernah dikandangin.


Membawa Bojel pulang

Di kos-kosan tersebut, ternyata Bojel menemukan jodohnya, kucing persia yang saya lupa namanya. Bojel pun hamil dan melahirkan dua anak yang mirip sama dia. Kedua anak tersebut kini diadopsi si pemilik pejantannya. Untuk video Bojel bercinta bisa dikepo di akun instagram @bemandry. Hanya beberapa bulan, Si Bojel pun harus pindah rumah, karena kawan saya mulai ditegur oleh pemilik kos-kosannya soal kucing yang mulai beranak pinak. Jodoh memang tidak kemana, saya kembali bawa Bojel pulang, dan saat itu persyaratan istri saya adalah tidak membawanya masuk ke rumah. Gak apa-apa pikir saya, toh ia bisa main di teras, dan garasi yang menjadi rumahnya sendiri. 
anaknya Bojel

Kebetulan Bojel juga saya titip ke tetangga saya yang memiliki pejantan mirip sekali sama Si Bojel. Mereka pun kawin, sedangkan kehamilan Bojel yang kedua masih jadi tanda tanya. Sejak saat itu Bojel punya dua rumah, kalau malam dia tidur di rumah tetangga saya, dan kalau pagi, tepatnya ketika Subuh saat tetangga saya keluar untuk solat berjamaah di Mushola, Bojel juga keluar dan nangkring di depan rumah saya. Tiap pagi dia saya kasih makan, meskipun sudah makan di rumah tetangga saya.
di teras rumah
1234.... action!!!
Bojel juga mudah akrab sama orang lain, dan sangat komunikatif. Ngobrol dengan Bojel berasa ada komunikasi dua arah, kami berbahasa dengan rasa bukan dengan logika. Apalagi Si Bojel dari kecil memang rada cerewet anaknya. Dikit dikit Ngeong, bahkan kalau udah ngantuk pun ia sering meracau: "oweng-oweng,,,enggghh".

Biasanya kalau saya jalan kaki ke depan perumahan, dia suka ikut. Bahkan kalau jam solat dan ada pengajian, dia suka ikut masuk Mushola untuk 'ndusel-ndusel' di kaki orang. :p Seringkali tiap jam solat, Si Bojel saya kandangin di depan rumah.

Si Bojel mulai menunjukkan gejala sakit.

Setelah beberapa lama di teras rumah, istri saya membolehkan agar Bojel masuk ke dalam rumah. Namun syaratnya ia harus divaksin. Saya pun senang bukan kepalang, bisa bermain bersama kesayangan saya di dalam rumah. Tak pakai menunggu lama, saya mengontak dr Andre dari Animal Friend Jogja (AFJ) untuk memberinya vaksin. Namun ternyata saat itu Bojel sedang terserang flu, meski tak tampak pada selera makannya. Kelainan Bojel sejak kecil memang ia seringkali batuk-batuk, yang saya kira mungkin itu asma. Oleh dr Andre, Si Bojel belum bisa divaksin dan hanya disuntik, lalu diberi resep obat berupa kapsul yang saya tebus di Apotek terdekat. Kapsul tersebut saya selipkan ke makanannya (wetfood). Meskipun saya 'tipu' ia pun tidak kesulitan menegak kapsul tersebut. dr Andre juga belum bisa memastikan apakah si Bojel hamil atau tidak, karena menurutnya belum kelihatan. Menurut dokter, ada kemungkinan Bojel mengidap panleukopenia.

Setelah beberapa hari dan obatnya hampir habis, ternyata Bojel melahirkan, satu anak berbulu putih. Namun proses persalinan tersebut membuatnya lemas, nafsu makan nyaris tak ada lagi, sakit Bojel bertambah parah. Karena tak ada yang mau dia makan, maka ia tidak mampu menyusui. Si Bayi pun hanya berumur tiga hari saja. :(
Bojel dan anaknya yang hanya berusia tiga hari


Saya dan istri membawanya ke Rumah Sakit Hewan Prof.Soeparwi, persembahan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH-UGM) Yogyakarta. Di sana Si Bojel disuntik dan diberi infus, dia dehidrasi karena beberapa hari susah sekali makan. Parahnya lagi, Si Bojel divonis mengidap virus Panleukopenia! (FVCK?) padahal saya belum sempat bemain dan bersenang-senang dengan Si Bojel di dalam rumah.

Suntik dulu nak!
Too Much Junkie Business!
Apa itu panleukopenia? pastinya ini penyakit berbahaya bagi kucing. Ini saya copas:

Penyakit panleukopenia disebut juga Feline Parvovirus, Feline Infectous Enteritis/FIE (radang usus menular). Panleucopenia adalah penyakit serius yang cukup berbahaya pada kucing. Penyakit ini diakibatkan oleh virus. Angka kematian berkisar 25 – 85 % pada kucing yang belum divaksinasi. Penyakit mudah menular ke kucing lain, tetapi tidak menular pada manusia dan anjing.

Penyakit ini menular kontak langsung atau tidak langsung melalui air liur, air kencing,muntah dan melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Selain itu anak kucing juga dapat tertular virus dari induknya, bila sang induk terserang virus ini pada saat bunting. Virus panleucopenia dapat bertahan cukup lama di luar tubuh kucing. Sebagian besar desinfektan tidak mampu membunuh virus ini. Oleh karena itu penularan terbesar terjadi melalui kontak dengan kandang, lantai atau peralatan makan dan minum kucing yang tercemar virus dan tidak dibersihkan dengan desinfektan yang sesuai. Virus masuk ke tubuh kucing biasanya melalui mulut, berkembang di kelenjar pertahanan di bagian mulut, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Kemudian virus akan berkembang di beberapa organ seperti kelenjar pertahanan seluruh tubuh, sumsum tulang dan selaput lendir usus yang menyebabkan hancurnya usus.

gejala : Penyakit ini dapat menyebabkan anemia, muntah-muntah dan diare yang parah pada kucing.
Kadang-kadang perkembangan penyakit sedemikian cepat sehingga anak kucing mati tiba-tiba sebelum pemiliknya sempat melihat tanda-tanda sakit.Setelah diare dan muntah, biasanya diikuti dengan hilangnya nafsu makan yang mengakibatkan dehidrasi dan kematian.

Si Bojel pun saya rawat jalan, karena di RSH Prof.Soeparwi sedang penuh untuk rawat inap. Virus sialan ini sedang musim ternyata. Di rumah, saya rawat Si Bojel dengan penuh perhatian, mulai dari jam makan obat, makan, vitamin sampai menemaninya 'ngobrol'. Beberapa hari sebelum obatnya habis, Alhamdulillah si Bojel mulai mau makan dan mandi sendiri. Namun hal itu terjadi hanya beberapa hari saja. Bagusnya, Si Bojel jarang sekali muntah, dan ia selalu berjalan ke litter box-nya kalau mau pup dan pipis.

Namun nafsu makan dan bersih-bersih badan itu hanya berselang dua hari. Beberapa hari kemudian Bojel gak mau makan lagi, kotorannya jadi lembek, dan diarenya semakin akut. Menurut sumber, kucing penderita Panleukopenia hanya mengandalkan pada kekebalan tubuhnya untuk bisa sembuh. Dalam kondisi kritis seperti itu, nafsu makannya menghilang.
Mulai makan sendiri
tapi sakit lagi....
Harus dipaksa minum obatnya
madu kelengkeng (bukan iklan)
Drugs Don't Work
Sambil berkonsultasi dengan dr Andre lewat whatsapp, untuk ketiga kalinya saya membawa Bojel ke Klinik Hewan Kayu Manis yang letaknya agak dekat dengan rumah. Di sana Bojel kembali diberi infus, obat anti muntah, dan vitamin. Infus Si Bojel pun dibawa pulang. Baru sehari, infusnya tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena panik kami kembali membawanya ke klinik. Infus si bojel pun diganti yang baru. Untuk pemberian obat, tak jarang saya dan istri harus memaksa si Bojel untuk buka mulut, karena obatnya yang berupa kapsul susah sekali 'ditembakkan' ke mulutnya. Kalau yang sirop sih gampang aja. Berdasarkan artikel yang saya googling, selain obat dokter, saya juga tetap memberinya madu campur kuning telur.
Klinik Kayu Manis
Infus lagi, rawat jalan lagi.

Hanya tiga hari dengan infus di tangannya, Si Bojel semakin lemas, dan sulit sekali minum obatnya. Badannya yang bulet jadi kurus kering, mukanya jadi tirus. Kami gak tega lihatnya, apalagi untuk memotret keadaan Si Bojel saat itu.

Hingga pada Senin sore, (26/12/2016) tepat di hari kematian George Michael, Si Bojel berpulang ke Rahmatullah. Ia sudah tak kuat lagi menahan sakit, begitu pun kami yang hanya mampu berusaha agar dia kembali sehat. Si Bojel sudah tenang Di Sana. Malam harinya sebelum pergi ke Yang Maha Kuasa, saya bermimpi Si Bojel kehujanan di depan rumah. Sedihnya lagi gak lama setelah ia dikubur, turun hujan... cukup deras. Saya hanya bisa bersedih sambil mendengar lagu rock mellow 'In These Arms' milik Bon Jovi. 







"Your clothes are still scattered
All over our room
This whole place still smells like
Your cheap perfume
Everything here reminds me of you
And there's nothing
That I wouldn't do..."

Bahagia di sana nak, kamu gak sakit lagi..terimakasih sudah mengajarkan kami arti kasih sayang, kesabaran, dan belajar sedikit Ilmu Kedokteran Hewan.

Sekali lagi Maafkan kami nak!

LOVE YOU.



Bojel Memorabilia

Terimakasih artikelnya

2 comments:

  1. Berapa lama bojel bertahan hidup dari penyakit itu ? 😢

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf baru membalas, kira2 satu bulan, tapi parahnya satu minggu terakhir

      Delete

Featured