TAK berlebihan kiranya jika Kota Jogja
dinobatkan sebagai magnet Rockabilly di Indonesia. Berbagai band Rockabilly
dari barat dan timur, setiap tahunnya datang dan tampil di acara-acara
bergengsi di Jogja. Sebagai sub budaya, Rockabilly semakin diminati anak muda
di Indonesia, terutama di Bali, Surabaya, Bandung, dan Jakarta.
Di Yogyakarta, kebangkitan kembali musik yang populer di era 50-an ini bermula pada acara Tattoo Show 2006, pihak penyelenggara acara tersebut menghadirkan The Hydrant, band pionir rockabilly asal Bali. Ternyata respon publik Yogyakarta sangat antusias dengan musik mereka, Sejak itu The Hydrant sering datang tampil di Yogyakarta.
Dengan seringnya The Hydrant tampil, ternyata memberi inspirasi untuk para penggemar Rockabilly di Yogyakarta untuk membentuk bandnya sendiri.
Di Yogyakarta, kebangkitan kembali musik yang populer di era 50-an ini bermula pada acara Tattoo Show 2006, pihak penyelenggara acara tersebut menghadirkan The Hydrant, band pionir rockabilly asal Bali. Ternyata respon publik Yogyakarta sangat antusias dengan musik mereka, Sejak itu The Hydrant sering datang tampil di Yogyakarta.
Dengan seringnya The Hydrant tampil, ternyata memberi inspirasi untuk para penggemar Rockabilly di Yogyakarta untuk membentuk bandnya sendiri.
Karena merasa perlu adanya grup-support yang bisa
membantu band-band ini untuk tetap eksis, maka tahun 2009 dibentuklah komunitas
Rockin' Spades Rockabilly Club. Sudah banyak acara yang digelar oleh Rockin’
Spades sebagai organizernya. Mulai acara jam session di kafe-kafe lokal, hingga
acara memorial tribute untuk Elvis Presley yang sifatnya nasional.
![]() |
Hoho (Tradisi Gila) |
![]() |
The Hydrant |
Sabtu, (30/8/2016) di Jogja National
Museum, pada gelaran Festival Tatto Istimewa kembali membuktikan bahwa
Yogyakarta ialah magnet bagi penggemar kultur rockabilly. Sederet band dari
berbagai kota seperti; The Hydrant (Bali), Prison Of Blues (Temangung), The
Outrageous (Surabaya), Tradisi Gila (Semarang), Rebel Of Law (Klaten), dan band-band
tuan rumah; Kiki & The Klan, Milky Racers, Eko Ompong & The Rusty
Grills meramaikan acara yang digelar sejak siang hingga larut malam.
The Hydrant
Baru-baru ini empat pria klimis ini tampil di
festival Rockabilly terbesar di bumi yaitu Viva Las Vegas. Sepanjang April 2016
mereka berlaga di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Dari sejak kali pertama
diselenggarakan pada tahun 1998, The Hydrant menjadi band paling pertama dari
negeri ini yang diundang untuk berlaga di festival tersebut. Selain menyambangi
Las Vegas, Nevada, mereka juga konser di klub-klub tenar di Los Angeles, San
Fransisco, serta sepanjang California.
The Hydrant yang berdiri sejak tahun 2004
tersebut bisa di bilang pionir Rockabilly di Indonesia. Band yang berasal dari
pulau Dewata, Bali tersebut digawangi Marshello (vokal, harmonika), Vincent
(gitar), Christopper (stand up drum), dan Adi (upright bass). Saat ditemui disela-sela
acara Festival Budaya Kontemporer Tattoo Istimewa, Marshello menceritakan
pengalamannya di Negeri Paman Sam. "Bulan April kami baru saja tampil di
Viva Las Vegas. Dimana itu adalah perjalanan umroh bagi Rock n Roll,
Rockabilly," ujar vokalis kharismatik tersebut.
The Hydrant merupakan satu-satunya band Asia
yang berkesempatan tampil di Viva Las Vegas. Dalam penampilannya di Las Vegas,
The Hydrant dengan bangga mengenakan pakaian adat Bali. Menurut Marshello pada
era saat ini musik merupakan alat pemersatu, salah satunya dengan musik
Rockabilly yang dikemas dengan budaya Indonesia. Bahkan di salah satu lagunya
The Hydrant tampil memainkan suling Bali. Intinya tetap bermain musik
Rockabilly tanpa melupakan jati diri bangsa. "Di Indonesia sendiri seperti
saat ini kami mengenakan baju khas Madura, Kiki and The Klan juga mengunakan
baju khas Ponorogo. Artinya akan lahir fashion baru yang kesannya tidak
dipaksakan dan pembaurannya harmonis. Penampilan diatas panggung pun tetap khas
seperti cengkokan-cengkokan Indonesia," jelas vokalis yang selalu tampil
enerjik diatas panggung tersebut.
Diundangnya The Hydrant ke Viva Las Vegas
merupakan sebuah pengakuan dari dunia bahwa band Rockabilly asal Indonesia
sudah mulai diperhitungkan. Bahkan saat sudah turun panggung pun The Hydrant
diminta kembali tampil karena saking menghiburnya penampilan mereka. Marshello
berharap dengan tampilnya The Hydrant di Viva Las Vegas akan memacu sekaligus
menjadi jalan bagi band Rockabilly di Indonesia lain yang tentu sudah
dinantikan penampilannya di berbagai belahan dunia. “Viva Las Vegas adalah
impian kami yang tercapai, semoga banyak band Rockabilly dari Nusantara seperti
Kiki and The Klan, Rockabilly Gangster, The Sleting Down dan lain sebagainya
bisa tampil di luar mengibarkan bendera Rockabilly," ujar Marshello.
Berbicara Rockabilly Yogyakarta, bagi The
Hydrant Yogyakarta merupakan rumah kedua mereka. Sejak tahun 2006 The Hydrant
sudah rutin tampil di Yogyakarta. Sehingga tidak mengherankan jika banyak penggemar
mereka yang tersebar di seluruh penjuru Kota.
Eko Ompong & The Rusty Grills
BANYAK musisi hebat yang mengawali karirnya
dengan menjadi seorang pengamen jalanan, dan bersuara tentang kenyataan hidup
kaum bawahan. Satu di antaranya Eko Ompong. Bersama musisi pendukung The Rusty
Grill, lagu-lagu ‘Folkabilly’ ciptaan Eko Ompong direkam, dan dirilis oleh
Rockin Spades Record Yogyakarta. Di album yang diproduseri Laine Berman &
Athonk ini, Eko diiringi oleh tiga musisi muda, mereka ialah Okky (Electric
Guitar), Dhana (Slapp Bass), Wredha (Drum). Musik bertemakan protes sosial di
awal 90an hanya terbatas pada pertemuan para aktivis. Sebelumnya nyaris tidak
pernah terdengar apapun lagu-lagu kritik sosial yang lahir dari jalanan
Malioboro. “Lagu-lagu Eko Ompong benar-benar hidup, lucu, sedih, politik,
benar-benar lokal, dan benar-benar asli,” ujar Laine.
KKK
Menurut pengamat budaya popular Huhum Hambilly, tak perlu berkunjung ke Gigs Rockabilly untuk
mendengar Kiki & The Klan. Jika bermaksud mampir di berbagai gelaran musik
Jogja, seminimal mungkin Kiki & The Klan sempat meninggalkan jejak
suaranya: di cafe, galeri, komunitas, sampai panggung yang notabene diakui
besar. Selama kurun waktu tiga tahun, semenjak nama Kiki & The Klan lahir,
sampai kini masih dan selalu saja terdengar.
Lebih lanjut Huhum mengatakan bahwa boleh diakui, KKK adalah grup rockabilly paling eksis. Kita
sepakat menyebut Kiki and The Klan adalah sebuah proyek musik. Jadi, pergantian
personil bukanlah sebuah soal. Seringkali, grup band Rockabilly tampil sepaket
dalam kemasan gigs dengan banyak rekan antar komunitas. “Ada nafas berbeda dari
Kiki and The Klan, justru mereka mengembuskan musiknya di panggung-panggung non
komunitas (rockabilly), jadilah Kiki & The Klan gambaran rockabilly cukup
laris,” katanya.
The Outrageous
Band yang biasa disebut Rockabilly Jancok ini
berasal dari Surabaya. Terbentuk sejak akhir 2007 lalu, band yang salah satu
single-nya berjudul "Buntu Aku" ini banyak terpengaruh musisi seperti
Hank Sr, Elvis Presley, Carl Perkins, Frank Sinatra, Lazy Lester, dsb. Dengan
formasi awal yang seadanya mereka mencoba me-record "Rollin' Oling"
untuk kompilasi Billy 13 yang diadakan oleh Rockin Spades dan para pegiat musik
rockabilly. Setelah beberapa tahun sering keluar masuknya personel, kini dengan
anggota baru ini mereka sedang repot menggarap album pertamanya yang sempat
terhalang.
Verta Stormer (The Outrageous) |
Dengan formasi terbaru yang beraneka macam warna. bahkan salah
seorang diantaranya adalah pemain keroncong ini akan mencoba mengembalikan
aroma Early Rockabilly di album yang sedang mereka garap. untuk merelaksasi
para pendengar akan ada sebuah lagu bernuansa Hillbilly dengan lirik khas
berbahasa Surabaya yang sebenarnya dipersembahkan untuk salah satu album
kompilasi beberapa tahun yang lalu. Mereka juga akan me-record ulang beberapa
single yang terdahulu diantaranya "Rockabilly Jancok" (dulu
"Soerabaia Rockabilly Heroes") untuk di kemas secara menarik.
Prison Of Blues
Band Psychobilly ini berdiri pada tahun 2007
di Temanggung. Pada awalnya mereka membawakan jenis musik Punk Rock seperti The
Clash, Social Distortion. Seiring berjalannya waktu POB mencoba sesuatu yang
berbeda dengan mengganti instrumen bass elektrik menjadi contra bass, kemudian
beralih ke jenis musik Psychobilly. Tema musik POB selain kami mengambil ide
dari film-film horor, juga mengambil dari kisah nyata dan kerap terjadi di
Indonesia seperti kasus pembunuhan, kasus penculikan, maupun pemerkosaan.
Tahun
2013 POB mengalami pergantian personel yaitu pemain kontra bass Endra Baskoro
mumutuskan untuk mengundurkan diri, dan digantikan Aldino Anatusa. Dengan
formasi baru yaitu Bowo Prisoner ( Vocal + Guitar ), Dharu ( Lead Guitar ),
Aldino ( Contrabass ), Antok ( Drum ), POB mulai menggarap Video Klip kedua
yang berjudul "Spend Tonight With You". Selain kesibukan mereka melakukan
show di berbagai kota dan daerah, POB masih dalam proses pengerjaan album kedua
yang rencana akan diluncurkan di tahun 2016 ini.
Mari kita tunggu kejutan-kejutan lainnya dari skena Rockabilly Indonesia, dimana Yogyakarta menjadi magnetnya. (*)
Fotografer:
*Mde Puthut Eka Aksara
*Franz Surya
No comments:
Post a Comment