FESTIVAL musik Ngayogjazz kembali digelar pada
Sabtu, (21/11) lalu. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini Ngayogjazz
2015 bertempat di Desa Budaya Pandowoharjo, Sleman. Dengan mengangkat tema ‘Bhinneka
Tunggal Jazz-nya’, Ngayogjazz 2015 mengajak semua orang untuk merayakan
keberagaman dalam satu spirit. Sebanyak enam panggung diisi oleh para musisi
yang tampil dengan karakternya masing-masing.
Sederet bintang tamu yang tampil di Ngayogjazz
tahun ini di antaranya: Trie Utami & Kua Etnika, ESQI:EF (Syaharani and the
Queenfireworks), Indro Harjodikoro and Friends, Yuri Jo, Nita Aartsen, Megan
O’Donoghue with GEMATI, INA Ladies, dan masih banyak lagi. Selain musik jazz, juga
tampil kesenian tradisional dari desa setempat. Menariknya di Ngayogjazz ini selalu
ada pasar tiban, yang diberi nama Pasar Jazz. Pasar tiban ini kebanyakan diikuti oleh penduduk setempat sebagai usaha
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa penampil yang menyita perhatian
saya di acara yang cukup berbeda dengan festival jazz
lainnya ini, satu di antaranya ialah Musikanan.
Kelompok yang beranggotakan Paksi Raras Alit (vocal), Agnes Tika (vokal), Andra
Fahreza (gitar), Eko Widyamanto (keyboard) dan juga additional player Babas
(Bas), dan Niko Yas (drum) ini baru saja merilis single berjudul 'Hikayat
Pangeran Katak dan Kembang Teratai'. Seluruh komposisi, baik musik, teks, lirik,
cerita, dan permainan mereka amat apik, dan 'mahal'. Single ini memang
merupakan sebuah komposisi yang bernuansa drama musikal, dan saat ini jarang ada
band yang membuat komposisi bernuansa tersebut.
Bagi sebagaian penikmat musik Yogyakarta, nama
Paksi Raras Alit memang sudah dikenal baik dalam grup maupun solo vokal. Musikanan
ini ialah proyek idealis yang dibangun oleh Paksi sejak akhir tahun 2014 lalu.
Setelah terus mengasah warna musiknya, Musikanan kemudian mencampurkan berbagai
aliran musik dalam menentukan identitas genrenya. Kini mereka sudah mulai
menggarap lanjutan cerita dari single pertama, dan mencoba untuk menggarap
album dengan konsep ‘lagu-lagu yang bercerita’.
Selain Musikanan, ada nama baru yang menyita
sebagian besar penonton yang datang sejak sore hari, yakni penyanyi solo
bernama Jalu. Sejalan dengan tema “Bhinneka Tunggal Jazz-nya”, Jalu
menyumbangkan keragaman dengan mereinterpretasikan lagu-lagu milik band pop-punk
Endank Soekamti dalam musik jazz.
Tampil di Panggung Janaka, pria bernama
lengkap Jalu Tegar Prastawa ini menyapa penonton lewat lagu ‘Cita-cita’. Jalu
berhasil menarik para penonton yang awalnya menonton dari kejauhan, kemudian
mendekat ke depan panggung. Ia juga membawakan lagu berlirik ’nakal’ Endank
Soekamti, di antaranya ‘Asu Tenan’. Lagu yang bercerita tentang ketertarikan
seorang pria pada wanita yang punya peliharaan seekor anjing ini disuguhkan
jauh berbeda dari versi aslinya, yang cepat dan berdistorsi. Setelah
menyanyikan tembang ‘Semoga Kau Di Neraka’, dan ‘Carikan Cinta’ Jalu
berpamitan. Namun setelah penonton ‘setengah memaksanya’ untuk bernyanyi lagi,
penampilannya pun ditutup dengan lagu ‘Bau Mulut’ dan ‘Satyo dan Rio’.
Menurut saya, akan lebih baik lagi jika penampilan Jalu diberi sentuhan Contra Bass, Snare Drum, dan sedikit Brass. Meski dengan format band, tapi keberadaan instrumen tersebut tentu tidak mengurangi kesederhanaan dan keunikan lagu yang dinyanyikan Jalu. Bahkan saya sempat berpikir, alangkah tambah elegan jika Jalu berdandan ala Tom Waits, namun masukan tersebut saya urungkan, karena nanti malah mirip Tompi.. :p
Vokalis bernama lengkap Jalu Tegar Prastawa
ini secara tidak sengaja “ditemukan” Erix Soekamti di YouTube. Suatu ketika
Erix melihat video Jalu yang meng-cover lagu ‘Carikan Cinta’. Ketertarikan
tersebut segera ditindaklanjuti dengan tawaran memproduseri album pertama Jalu.
Saat ini Jalu sedang dalam proses rekaman, dan rencana albumnya akan dirilis
tahun depan, bersamaan dengan album ke-7 Endank Soekamti. Album ini menjadi
menarik karena mereinterpretasi lagu-lagu Endank Soekamti yang bergenre
pop-punk menjadi akustik pop jazz yang dikemas sederhana dan unik.
“Kita coba menjembatani, mencairkan, dan lebih
memasyarakatkan jazz yang seolah segmented,
eksklusif, dan mahal, menjadi lebih menarik, layak, tapi tidak murahan,” kata
Erix.
Lelaki kelahiran Klaten, 15 April 1992 ini bukan
sekadar artis YouTube belaka, Jalu telah mengawali karirnya sebagai vokalis
Sekawan & Friends Band sewaktu kuliah pada 2010. Tidak hanya itu, lulusan
UKSW Salatiga ini pernah meraih beberapa penghargaan seperti Juara 2 Campus
Jazz Festival se-Jateng DIY (2011), Juara 2 Jazz Goes to Campus Festival
(2012), dan Best Vocalist Jazz Goes To Campus Festival (2012).
******
Berbeda dengan tahun lalu, dimana Ngayogjazz 2014 mengangkat
tema ’Tung Tak Tung Jazz’. Kali ini Ngayogjazz 2015 mengusung tema ‘Bhinneka
Tunggal Jazz-nya’, yang merupakan plesetan dari Bhinneka Tunggal Ika. Tagline ‘nyeleneh’
ini merupakan kalimat yang diambil dari Kakawin Sutasoma karya dari Mpu
Tantular yang arti harafiahnya “beraneka itu satu’. Tema ini sengaja diangkat penyelenggara mengingat
selama setahun ini keadaan Indonesia seringkali ‘panas’ karena perbedaan. Maka
lewat musik, Ngayogjazz mengajak masyarakat untuk mengingat kembali bahwa keanekaragaman
bukanlah alasan untuk memecah belah satu sama lain.
Nikmatnya hadir di Ngayogjazz ialah bisa menonton musik Jazz dengan
mengenakan ‘sendal jepit’, dan jajan makanan-minuman khas ‘kampung’. Belum lagi
uniknya panggung yang di tata di dekat kuburan, atau kandang sapi. “Keren kan,
nonton jazz yang biasanya dekat dengan ‘orang-orang wangi’, dan hidangan mahal,
kini telah dipatahkan oleh festival ini.”
Bagi saya menonton Ngayogjazz memang lebih
enak di panggung-panggung kecil, karena biasanya akan banyak kejutan segar dari
musisi muda, seperti Musikanan dan Jalu ini. Lha, Kalau urusan Tri Utami, Kua
Etnika, Syahrani, dsb yaa udah selesai lah......
Sepertinya akan lebih berwarna jika pihak
Ngayogjazz mengundang legenda pop-jazz lokal. Banyak musisi senior yang
harusnya bisa tampil di perhelatan ini, misalnya Fariz RM, Oddie Agam, Mus
Mujiono, Dedi Dukun, Dian PP, Vina Panduwinata, Ermy Kulit, dan sejenisnya.
Apalagi Fariz RM yang baru aja bebas dari ‘rehabilitasi’, tentunya penampilan
Fariz akan sangat dinanti khalayak tua dan muda, karena lagu-lagu ciptaannya
yang tak lekang zaman.
Ah, sepertinya saya ‘terpaksa’ menonton pertunjukan Fariz RM di sebuah hotel dengan tiket agak mahal pada akhir pekan ini.
Ah, sepertinya saya ‘terpaksa’ menonton pertunjukan Fariz RM di sebuah hotel dengan tiket agak mahal pada akhir pekan ini.
Apalagi jika memang misi Ngayogjazz ialah
untuk memasyarakatkan jazz, semestinya musisi-musisi yang biasa tampil di
hotel-hotel mahal, dan hanya bisa dinikmati para borjuis itu, ya harus
ditempatkan 'main’ di kandang kerbau, sapi, dan panggungnya persis di sebelah
kuburan umum desa setempat. Nah, kalau hanya jadi semacam 'ritual tahunan', maka
apa bedanya festival jazz kontemporer ini dengan tradisi gunungan atau apeman
yang digelar Kraton ? :p
menyaksikan Kua Etnika dari atas kandang sapi, difoto oleh Liz Listyowening |
Sayangnya lagi, ’jazz
hujan’ warna pink yang sengaja saya beli diperjalanan
ke venue nggak jadi dipakai, persoalannya perhelatan Ngayogjazz tahun ini
'Kering', tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang diguyur hujan.
Ya, semoga ke depannya Ngayogjazz bukan cuma jadi 'ritual' tahunan yang wajib adanya. 'Break On Through, To The Other Side' kalo kata The Doors, atau istilah Fariz RM nya 'Selangkah Ke Seberang'.(*)
Ya, semoga ke depannya Ngayogjazz bukan cuma jadi 'ritual' tahunan yang wajib adanya. 'Break On Through, To The Other Side' kalo kata The Doors, atau istilah Fariz RM nya 'Selangkah Ke Seberang'.(*)
![]() |
(nb) ini kali pertama saya datang ke Ngayogjazz bersama seorang perempuan, yang Alhamdulillahnya istri sendiri :p |
Foto Jalu oleh Deka Pramana
Foto Musikanan oleh Anggityas Sekarkinasih
Putri
Foto lainnya saya colong dari instagram @pfijogja, silakan follow akunnya :p
Kering tapi.seru
ReplyDeleteBenar sekali, panggung - panggung kecil Ngayogjazz selalu menakjubkan.. ada aja kejutan yang istimewa seperti penampilan Jalu
ReplyDeleteSETUJU❗❗❗ harus nya yang main tu Sandy Sandoro,Glenn Fredly, Tompi yang biasanya main di Acara acara Jazz mewah dengan HTM yang mahal
ReplyDelete