Setelah melewati proses panjang yang mereka sebut dengan FSTVLST RCRD PRJCT (festivalist record project), album perdana FSTVLST ‘HITS KITSCH’ akhirnya resmi dipasarkan. Peluncurannya ditandai dengan rilisnya single ketiga berjudul ‘Tanah Indah Untuk Para Terabaikan, Rusak dan Ditinggalkan’. Bisa dikatakan bahwa band ini sudah merilis album perdana untuk kedua kalinya. Setelah sebelumnya bersama Jenny mengeluarkan album ‘Manifesto’.
'Almost Rock Barely Art’, adalah genre yang merupakan hasil penemuan dari proses cukup panjang dari band ini. Istilah ini adalah sebuah kesimpulan terhadap apapun yang mereka karyakan selama ini. Farid Stevy sang frontmant mejelaskan bahwa istilah yang kurang lebih diartikan dengan ‘Hampir Rock Nyaris Seni’ ini memang ‘abu-abu’, namun begitulan bentuk kecurigaan mereka, yang entah beralasan atau tidak, mengalir hampir deras dan berdenyut nyaris kencang pada nadi FSTVLST.
Selama hampir dua tahun, band yang memiliki pendengar setia yang disebut Festivalist ini melakukan
penyelarasan ulang atas berbagai elemen penting, sekaligus menjalani proses
kreatif pengkaryaan materi-materi baru, termasuk didalamnya mencoba berdialog
dan berkolaborasi dengan teman-teman dan orang-orang yang mempunyai visi
kemerdekaan dalam berkarya.
![]() |
foto: Nadzarudin |
Album berisi 10 tracks
ini dibuka dengan tembang berjudul ‘Orang-Orang Di Kerumunan’ yang telah
dirilis sebagai single pada 12 April 2014 lalu. Sedangkan nomor berjudul ‘Ayun
Buai Zaman’ menjadi penutup album yang juga dipasarkan dalam bentuk boxset ini.
Lagu ini belumnya juga pernah dirilis sebagai single pada 28 November 2013
lalu.
Serangkaian eksplorasi
kreatif telah mereka lakukan untuk mendefinisikan kembali musik FSTVLST,
tentunya tanpa meninggalkan identitas-identitas yang sudah terbangun sejak band
ini masih bernama Jenny. Pada akhirnya 'Ayun Buai Zaman' telah menjadi lubang
kecil untuk mengintip isi album FSTVLST ini.
Mengenai pemilihan judul
‘HITS KITSCH’ atau ‘KITSCH HITS’ yang bebas mengurutkan penyebutannya, adalah
bongkahan dari lirik pada satu track di album ini. Farid menjelaskan bahwa HITS
dan KITSCH adalah 'hits' dan 'kitsch' itu sendiri, seperti yang setiap orang tahu
dan punya cara berbeda untuk melihat dan memaknainya.
Dalam istilah umum ‘Hits’
berarti sesuatu yang popular dan disukai orang kebanyakan, sedangkan ‘Kitsch’
dikenal sebagai istilah untuk menyebutkan karya seni rendahan.
![]() |
foto: Rizqullah HS |
![]() |
Foto: Andisa Hervian |
![]() |
Foto: Muhammad Muzakki |
FSTVLST sendiri
menyimpulkan bahwa Hits dan Kitsch adalah anak haram dari perkawinan, antara
selera dan kepentingan-kepentingan. Hasil perkawinan ini bisa berwujud sangat
indah dan menularkan kebahagiaan, namun juga bisa menjadi kebusukan tak
tertolong yang menyebar menggerogoti menebar ketidakbaikan.
“HITS KITSCH adalah apa
yang kami lihat, dengar dan rasakan saat-saat ini, lalu kami makan, lalu kami
hakimi dengan selera kami,” tegas Farid.
Diakui Farid bahwa Hits
dan Kitsch inilah yang kemudian mereka muntahkan kembali menjadi 10 track
dengan sebuah alasan kepentingan sederhana, yaitu: ‘berkarya sampai Tuhan tak
berkenan’.
Pada album HITS KITSCH ini bebunyian Roby (Gitar) dan teks Farid (Vokal) dikerjakan secara paralel, dan bisa dikatakan terpisah oleh keresahan masing-masing. Ternyata keresahan ini tersambung dengan sendirinya saat menjadi materi bahan, yang kemudian dikayakan bersama Danish (Drum) dan Mufid (Bass) di ruang studio. “Sejauh ini ritual berkarya ini paling pas bagi kami, bahkan sejak album Manifesto,” ucap Farid.
Pada album HITS KITSCH ini bebunyian Roby (Gitar) dan teks Farid (Vokal) dikerjakan secara paralel, dan bisa dikatakan terpisah oleh keresahan masing-masing. Ternyata keresahan ini tersambung dengan sendirinya saat menjadi materi bahan, yang kemudian dikayakan bersama Danish (Drum) dan Mufid (Bass) di ruang studio. “Sejauh ini ritual berkarya ini paling pas bagi kami, bahkan sejak album Manifesto,” ucap Farid.
Track demi track dalam
HITS KITSCH membicarakan tentang hal-hal yang terjadi tidak jauh dari mereka. FSTVLST mengaku tidak mau mengarang sesuatu
yang tidak pernah mereka alami dan rasakan, “itu adalah patron utama harus kami
jaga. Maka dari itu, tema-tema yang kami tawarkan dalam HITS KITSCH adalah
tema-tema sederhana dan kadang cenderung sepele, jauh dari wacana-wacana besar,”
ungkapnya.
Farid berpesan tentang
apa bagaimana cerita di belakang setiap track, sudah ada di sana semua, dalam
bunyi-bunyiannya dan teksnya, “dengarkan dan baca saja, tidak ada yang kami
sembunyikan”.
Setelah dirilis maka ‘HITS
KITSCH’ menjadi milik siapa saja, silahkan merabanya, silahkan mengecapnya,
silahkan menghakiminya dengan selera, seliar-liarnya, sebebas-bebasnya. Apakah
album ini kemudian menjadi album yang keren (hits), atau yang berselera rendah
(kitsch), FSTVLST mengaku sudah tidak terlalu peduli lagi.
Dikatakan oleh seorang
pakar semiotika, Roland Barthes dalam esainya ‘The Death of The Author’ yaitu ketika
pengarang menulis karyanya, maka sebenarnya dia (pengarang) telah mati. Dia
terpisah dari teksnya. Teks tersebut sekarang sudah bukan miliknya lagi.
Ketika ‘pengarang/seniman’
telah tiada, maka lahirlah ‘pendengar’ yang bebas menafsirkan teksnya. Mari kita sama sama menghakimi ini album Hits atau Kitsch, tentunya dengan membeli album aselinya, bukan hasil dari membajak! :)
Baca juga
Info Lebih Lanjut
web: www.fstvlst.com
e-mail: fstvlstmngmnt@gmail.com
twitter:
@FSTVLST
No comments:
Post a Comment