Selain bermusik, keseharian para personel Burgertime adalah pekerja, dan mereka mengaku sebagai band kelas buruh. Band yang terdiri dari M. Rully Agung Saputra (Vocal), Iwan J.H (Drum), Purwadi (backing vocal/ perkusi), Agus Teking (Gitar), Agus Pathub (Bass), dan Goedel Hadiningrat (Gitar) ini mengusung reggae yang mengungkapkan fenomena sosial, cinta, dan kehidupan sehari-hari. Musik mereka terpengaruh UB 40, Alphablondy, Queen, dan Bob Marley.
Sehari-hari, Iwan membuka warung makanan di rumahnya, Teking memproduksi susu kedelai dan menjualnya di pasar-pasar, Gudel bekerja untuk mengerjakan display pameran di Heri Pemad Art Management, Pathub bekerja sebagai security di perusahaan swasta, Ruly juga membuka usaha berdagang makanan di rumahnya, sedangkan Adi berjualan pakan burung dan kandang ayam di rumahnya.
Awal terbentuknya Burgertime adalah dari kegemaran mereka untuk bermain musik bersama. Pada tahun 2000 silam, Rully bersama ke empat kawannya, mencoba meramaikan dunia musik Indonesia melalui karya-karya lagu berirama reggae. Menurut Iwan, nama Burgertime diambil dari nama game yang sering mereka mainkan di basecamp mereka yang saat itu berada di Kampung Soboman, Bantul, Yogyakarta. "Tiap ada waktu senggang kita selalu rebutan main game itu. Soalnya seru dan tidak berbau SARA, ha..ha...ha," tukas Iwan.
Menurut kelima personilnya, Burgertime berarti pergerakan, hal ini terlihat di beberapa lagu album pertama dan kedua yang menyuarakan kritik terhadap pemerintah tentang kondisi ekonomi, sosial, dan kondisi alam di Indonesia. Misalnya `Kaum Buruh', `Becak', `Disaster', dan `Lagi-lagi'.
Mereka juga berharap melalui irama reggae, pesan untuk mencintai lingkungan bisa tersampaikan. Dalam waktu dekat ini, Burgertime akan membuat album rekaman ketiga, yang juga berisikan lagu-lagu tentang sosial dan cinta
Reggae mereka jadikan pilihan karena musik ini mudah diterima telinga para pendengar musik, "Reggae juga cocok di segala suasana, hangat dimusim dingin, dan segar dimusim panas," ujar Iwan sang drummer.
Sepanjang karier mereka di blantika musik, ada cerita yang tidak bisa dilupakan. Pada 2007 lalu Burgertime tampil di acara `Valentine Day'. Saat mereka perform, ada seorang kawan yang berkelahi dengan warga sekitar. Secara reflek crew lansung mematikan lampu, dan mereka ikut turun membantu kawan yang berkelahi tersebut.
"Begitu lampu dinyalain, kita udah diatas panggung buat ngelanjutin perform, walaupun ngos-ngosan, dan selesai acara, kita pulang dikawal polisi kayak artis aja, he...he...he. Tapi kesan yang kita dapat dari semua itu adalah rasa kesetiakawanan dan kebersaman yang tinggi," ungkap Iwan mengisahkan pengalamannya.
Bersamaan dengan ulang tahun ke-12 Burgertime, dan hari kelahiran drummer mereka, minggu lalu, band yang sudah ternama di jagad reggae nasional ini merilis videoklip mereka yang berjudul `Napza'. Pada acara yang digelar di Liquid Café, (17/7/2012) ini, Burgertime mengedepankan konsep all genre dengan mengundang band-band indie di Yogyakarta. Sebut saja, Jamphe Johnson, The Produk Gagal, dan The Brown Sugar.
Sesuai dengan judulnya, lagu yang diambil dari album pertama mereka ini bercerita tentang Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Videoklip ini menceritakan sepasang remaja yang menjalin hubungan, sedangkan si pria adalah pemakai obat-obatan. Suatu hari si pria butuh barang tersebut, namun kekurangan finansial, kemudian si wanita mencarikan barang haram tersebut demi pasangannya, dengan menjual harga dirinya ke bandar. Tanpa disangka, ternyata si wanita terjangkit penyakit yang akut, dan meninggal dunia. Si pria pun menyadari akan bahayanya narkoba dan berusaha untuk berhenti mengkonsumsi NAPZA.
Burgertime Management:
e-mail: Burgertime_band@yahoo.co.id
twitter : @burgertime_band
085643492924/089671380808
Pin : 30B9C16B @nugrahaafiyanto
wowww yomand,, peace and love mand
ReplyDelete