Sunday, September 8, 2013

Sujud Kendang: Sang Pengamen Agung #1

Mungkin suara dan nyanyiannya tidak terdengar di tayangan televisi nasional, apalagi wajahnya tampil di tayangan infotainment kita. Namun nama Sujud Kendang cukup akrab di telinga warga Yogyakarta, terutama mereka para penikmat kesenian. 

Musisi yang juga pengamen jalanan bernama lengkap Sujud Sutrisno memang kerap menghibur di kampung-kampung dengan lagu-lagu jenakanya. Lantunan Sujud pun hanya diiringi dengan sebuah kendang kecil, hingga ia akrab disapa dengan Sujud Kendang. Tak heran jika ia banyak dikenal masyarakat, selain beberapa kali di undang tampil di panggung hiburan, sebagai seniman jalanan, Sujud sudah mengamen yang sejak 1964 lalu. 


Meski dikenal masyarakat sebagai pengamen jalanan yang identik dengan kendangnya, Sujud Sutrisno juga kerap diundang tampil di berbagai acara hiburan dan kesenian. Mulai acara yang digelar di kampus-kampus, pentas musik, peluncuran sebuah produk komersil, hingga gelaran Festival Internasional. Nyanyian musisi jalanan yang mengamen yang sejak 1964 silam ini, bahkan pernah terdokumentasikan lewat album rekaman.
Permainan musisi yang dikenal dengan nama Sujud Kendang ini pernah masuk album kompilasi ‘Street Music of Java’ pada tahun 1976. Adalah Jack Body seorang komposer asal Selandia Baru yang saat itu mengajar seni musik di ISI Yogyakarta membuat rekaman para musisi jalanan. Sayangnya album yang hanya diedarkan di Amerika Serikat dan Eropa ini sulit ditemukan di Indonesia. Album tersebut pun bermasalah soal royalti antara para musisi yang berpartisipasi dengan label rekaman. 

Nyanyian Sujud dengan kendangnya juga terekam di album ‘Live in Bantul 2001’. Penampilan Sujud Kendang di Teater Garasi itu direkam oleh Felix Blass, dan kasetnya sempat beredar di kalangan penikmat musik Yogyakarta. Setahun kemudian karena dedikasinya kelompok musik Kua Etnika pimpinan Djaduk Ferianto menganugerahkan penghargaan kepada Sujud Kendang dengan nama ‘Pengamen Agung’ Indonesia.

Menurut Djaduk penganugerahan tersebut diinspirasi oleh tokoh Budhis di Kuil Nara Jepang. Di sana terdapat sosok yang dikenal dengan ‘Pengemis Agung’. Djaduk sendiri mengenal sosok Sujud Kendang sejak masih kecil, dan ia sangat mengaguminya hingga saat ini. “Kata pengemis di sini bukan berkonotasi negatif, Sujud adalah seniman yang profesional, saya hormat dan kagum karena ia konsisten pada pilihannya tersebut,” ujarnya ketika ditemui di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Rabu, (4/9).

Djaduk bercerita sejak kecil, hampir setiap sore Sujud mengamen di rumahnya, dan ayahnya Bagong Kussudiardja yang juga seniman selalu memberikan apresiasi. Bahkan semua yang bekerja di sanggar batik miliknya dihibur oleh Sujud. “Terkadang Sujud juga tampil dengan make up, dengan baju Gatotkaca, dan wajah Gareng, sangat kontemporer,” ucapnya. (*)

*foto saya bajak dari Google

No comments:

Post a Comment

Featured