Monday, October 15, 2012

ORA MASALAH HAR! Parodi Pesepeda Reaksi Budaya Fasistik




SEPANJANG sejarahnya Yogyakarta merupakan kota yang terbiasa dengan budaya bersepeda. Bahkan banyak media massa yang menyebut dan menjuluki bahwa Yogyakarta adalah ‘Kota Sepeda’. Semangat ini terus bergulir dimana berbagai komunitas sepeda tumbuh berjamuran.  
Pada periode pemerintahan yang lalu, Walikota Yogyakarta mencanangkan program yang membudayakan penggunaan sepeda untuk sekolah dan bekerja. Slogan ‘Sego Segawe’ kemudian populer dan semangatnya seolah menjadi api untuk menyulut masyarakat Yogya di berbagai lapisan untuk kembali bersepeda.

Setelah periode berganti, tiba-tiba semangat ini seolah dikebiri dengan keluarnya keputusan Walikota saat ini yang mengeluarkan Surat Edaran dengan nomor 645/57/SE/2012. Di surat itu juga dicantumkan lima poin yang mengatur tentang parkir di komplek Balaikota Yogyakarta. Keputusan ini seolah ingin meniadakan Car Free Day yang biasanya setiap Jumat digelar di depan Balaikota.

Tak heran jika beragam komunitas pecinta sepeda bereaksi menanggapi keputusan ini. Slogan "ORA MASALAH HAR! kemudian berkumandang lewat berbagai media kreatif. Poster, mural, dan grafiti bertebaran di berbagai sudut kota. Tidak hanya itu, di jejaring sosial media seperti, Facebook, Twitter, Blackberry, dan lainnya artwork yang bergambar kepalan tangan ini bertebaran.

Di wilayah kreatif lain, ada sekelompok pemuda yang aktif bersepeda, mereka berkomunitas, bermain band, dan berkreasi di ranah seni visual, dan audio visual. Adalah Radical Road Riders yang kemudian menanggapi fenomena ini dengan membuat video parodi ‘Gangnam Style’ yang diplesetkan menjadi ‘ORA MASALAH HAR’ yang diunggah di YouTube, dan masih menjadi perbincangan yang hangat kalangan anak muda Yogyakarta.

 CEK VIDEONYA ----> ORA MASALAH HAR

Video yang terinspirasi dari rapper asal Korea Park Jae Sang (PSY) yang kini tengah populer tersebut memang ditujukan untuk mengkritisi kebijakan Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.
Ketika tulisan ini diunggah hingga Minggu (14/10), video yang diunggah sejak 5 Oktober 2012 ini dilihat lebih 25 ribu viewers di YouTube.


Pada anak-anak muda yang bergabung dengan komunitas sepeda Radical Road Riders (RRR) cukup berhasil dengan kritikannya terhadap Wali Kota. Hal ini bisa dilihat dari komentar-komentar di berbagai jejaring sosial, termasuk di channel video mereka. Syair di video ‘ORA MASALAH HAR’ ini seluruhnya menggunakan bahasa Jawa. Pada bait pertama mereka mengatakan "Ngepit kuwi wis kulture nggone wong Jogja, Sego Segawe sing nduweni yo ming wong Jogja, Kok malah arep dibubrah, diilang, dihapus, pie tho, Wali Kota Jogja?"

Tidak lupa, beberapa adegan yang memperagakan gerakan tarian seperti menunggang kuda Gangnam Style, mereka pun tampak menari-nari sambil memegang stang-stang sepeda.


Jika dicermati, di negeri asalnya Gangnam Style merupakan sebuah video kritik sosial atas kemewahan yang ditawarkan di Gangnam (sebuah distrik di Korea,red). Gangnam adalah kawasan yang terkenal dengan kehidupan mewah, glamour dan selera fashion yang sangat tinggi. Lewat gaya yang kocak Gangnam Style, PSY menyampaikan kritik sosial atas gaya hidup penduduk di distrik Gangnam.

Komedi dan seni parodi cerdas adalah yang bisa menyuarakan aspirasinya ideologisnya yang menyusup lewat dunia seni. Di dunia hiburan, seperti yang dikutip dari tulisan Halim HD ‘Seni, Parodi & Daya Tahan Kultural’, yang pernah dimuat di SOLOPOS, Sabtu, 29/9/2012, Hal.IV, belasan tahun yang lalu grup Warkop DKI (Dono Kasino Indro) pernah didatangi seorang perwira menengah militer. Mereka pun terkaget ketika perwira tersebut menyampaikan undangan kepada grup Warkop untuk mengisi acara penutupan rapat kerja yang dihadiri oleh seluruh Panglima Daerah TNI AD/AL/AU se-Indonesia beserta stafnya di Jakarta.


Undangan tersebut menginginkan grup Warkop untuk pentas dengan gaya dan kritik jenis apa saja. Dono bertanya, kenapa mengundang grup Warkop, dan boleh pentas semaunya? Perwira itu memberikan jawaban melalui pesan sang Pangab: tentara butuh masukan kritikan dengan cara yang lain.

Saat itu grup Warkop dianggap bisa mewakili aspirasi masyarakat melalui kritik dan parodi sosial yang selama ini dilakukan oleh grup Warkop yang pada tahun 1970-an ketika masih menjadi mahasiswa UI dikenal dengan nama Sinar Petromaks, yang lirik-liriknya penuh dengan humor-sinis, menjungkirbalikan kata-kata, plesetan, yang sangat populer di dalam masyarakat.

Di dalam lingkungan kebudayaan kita, lanjut Halim pada tulisannya, negeri kita memiliki jenis komedian yang brilian, yaitu Punakawan. Komedian di dalam dunia wayang kulit (dan juga wayang golek) ini justru melebihi kapasitas komedian dari belahan dunia lain: Punakawan bukan hanya berani melakukan kritik dengan humor, bahkan menggugat posisi para dewa, jika para dewa melakukan sesuatu yang dianggap melenceng dari kaidah kehidupan.

Maka seni komedi dan parodi seperti fenomena gangnama style dan ‘ORA MASALAH HAR’ memang diperlukan pada sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan hak berpendapat.Sebab tanpa komedi dan tanpa parodi, kebudayaan dan masyarakat kita akan cenderung menjadi fasistik.


Pada wilayah yang lain, seiring perkembangan teknologi, menurut seniman video Harwan ‘Aconk’ Panuju’, video ‘ORA MASALAH HAR’ ini merupakan terobosan baru dari model komunikasi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi, “nah bentuk protes dengan konsep video kreatif ternyata sangat efektif, ini bisa dilihat dari penonton yang semakin banyak,” ujarnya.

Pembuat video Toniblank Show ini juga mengatakan bahwa pemanfaatan media baru (internet) sebagai media penayangan sangatlah tepat. Menurut Harwan setiap orang di era sekarang sudah terkoneksikan dengan internet, “disamping itu kemudahan utk mengaksesnya semakin hari semakin mudah,” tambahnya.
(*)




 FYI: Tulisan ini juga dimuat di Tribun Jogja edisi Minggu (14/10/2012)

No comments:

Post a Comment

Featured