LELAKI suci pertapa itu berambut panjang, gimbal, terkadang di konde dan bersurban. Badan mereka dilumuri abu atau bedak warna putih, mereka merokok dengan pipa panjang. Rokok mereka bukan sembarang rokok, begitupun modus dibalik penggunaannya. Pemakaian ganja dalam ritual keagamaan, membuat ganja identik dengan kesakralan.
Sadhu adalah orang-orang suci kaum Hindu di Nepal yang punya hak istimewa untuk mengonsumsi ganja. Terutama saat Shivaratri, festival tahunan untuk menghormati Dewa Shiwa. Pada sebuah ritual, mereka menari-nari tanpa sehelai benang yang melekati tubuh. Melenggak-lenggok, melompat ke sana-sini, dengan cueknya.
Di India dan sekitarnya, sebagian masyarakat menggunakan ganja sebagai sarana ritual penyembahan. Mereka menghisap ganja/hashish melalui pipa Chilam.Tradisi orang-orang kudus Hindu Sadhu ini sudah berjalan lebih dari 100 tahun yang lalu. Hingga kini ribuan pecinta ganja tetap melestarikan tradisi ini. Meskipun beberapa tahun terakhir ini mereka mengalami kesulitan untuk mengadakan festival karena perlawanan polisi. Puncak festival Shivaratri diperingati oleh ribuan sadhu yang berambut gondrong, dan gimbal yang memadati di Candi Pashupatinath, Kota Kathmandu.
Pada malam puncak festival Shivaratri, Pemerintah Nepal melegalkan pemakaian ganja bagi kaum Sadhu. Dalam ritual puncak itu, ribuan sadhu akan merokok lintingan daun ganja kering sampai ekstase. Ritual itu dilakukan sebagai wujud penghormatan tertinggi mereka kepada Dewa Shiwa yang konon suka menikmati ganja.
Sadhu dianggap memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang besar , mereka menggunakannya untuk membimbing orang lain. Prinsip untuk pengembangan kesadaran itu mengarah penciptaan dari ketidaknyataan menuju kenyataan, dari kegelapan, kebodohan menuju cahaya pengetahuan. Dalam bentuk yang paling murni prinsip mereka mewujud di bumi adalah sebagai inkarnasi Ilahi (Avatar, Mystic, Saint).
Shadu adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tertinggi tentang Tuhan dan semua ciptaanNya. The Mystic adalah yang mengetahui Tuhan, yaitu seorang kudus yang dapat melihat Allah setiap saat.
Kaum Shadu, yang lekat dengan tradisi asketisme hidup mengembara sebagai pertapa. Perawakan mereka berambut kusut, tubuh tertutup abu, lilitan ular menghiasi dirinya, mereka berkeliaran telanjang, dan terkadang melekatkan kulit gajah di pinggang. Para Sadhus ini berusaha hidup layaknya Dewa Shiwa, dan percaya bahwa gaya hidup ini akhirnya menyebabkan kesatuan jiwa dengan Shiwa, Manunggaling Kawulo Gusti, istilah Jawanya.
*dikutip dan diterjemahkan dari berbagai sumber
Baca Juga: Gimbal, simbol pemberontakan dan kekuatan magis
belinya dimana
ReplyDelete