Tuesday, February 5, 2013

Melirik Parkour di Yogyakarta. Ayo JUMPalitan!!


JIKA ada yang melihat anak-anak muda berlari kencang, melompat dengan cepat, mahir melibas macam rintangan, pagar, pohon, hingga bangunan, maka dilihat dulu dengan baik, bukan berarti mereka adalah pencuri yang sedang dikejar massa. Para pemuda tersebut bisa jadi sekawanan yang sedang melakukan Parkour. Kegiatan yang cukup menantang adrenalin ini memang merupakan seni gerak berpindah dengan cepat dan terampil dari satu tempat ke tempat lainnya. Tanpa alat bantu apapun, dengan hanya mengandalkan tubuh, pegiat Parkour mampu dengan sangat cepat berpindah tempat, dari satu titik ke titik lain. Bahkan tak jarang, para ahli parkour bisa melompati antar gedung pencakar langit.


Di Yogyakarta, kegiatan ini mulai semakin diminati, adalah JUMPalitan sebuah komunitas yang rutin berlatih parkour dan mempunyai agendanya sendiri. Menurut Sentra Jaelani, pegiat komunitas ini, nama JUMPalitan berasal dari teman-temannya yang iseng ketika sms untuk berkumpul atau latihan bareng. Misalnya “ayo kita jumpalitan hari ini…”, maka mereka pun sepakan memakai JUMPalitan sebagai nama komunitasnya.
Sentra menjelaskan bahwa JUMPalitan juga mempunyai arti sendiri. ‘J’ adalah= Jogjakarta, kota dimana mereka berasal, kemudian ‘U’ adalah Ubiquitous yang berarti berada dimana-mana, maksudnya di sini, ujar Sentra, mereka suka berlatih di tempat manapun. ‘M’ adalah Multitude yang bermakna keberagaman, “Teman-teman JUMPalitan itu berasal dari daerah, dan latar belakang yang berbeda, dan ‘alitan’ adalah embel-embel untuk menunjukan bernuansa Jawa,” jelasnya.

Komunitas ini mempunyai jadwal latihan rutin setiap Selasa dan Kamis. Mereka biasanya mulai berlatih sejak jam empat sore hingga matahari terbenam. Tempat yang menjadi sarang mereka adalah di Graha Sabha Pramana, UGM. Sedangkan setiap hari Minggu mulai  Jam 8 pagi hingga 12 siang, mereka ber-jumpalitan di sekitar Kampus Fakultas Teknik Industri UII, Jalan Kaliurang Km.14,5.



Sentra menjelaskan bahwa Parkour masuk di Indonesia bermula dari kota Malang. Saat itu,  tahun 2006 praktisi parkour Malang sengaja mengunggah video latihan nya ke situs internet, dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru Indonesia. Sedangkan, lanjut Sentra, popularitas parkour di Yogya bermula pada akhir tahun 2007.  Saat itu beberapa teman sekampusnya menyukai film yang sama yaitu Yamakasi. Film ini menceritakan pendiri parkour di Perancis yang menyelamatkan nyawa anak kecil dengan kemampuan parkour mereka. Bersama teman-temannya, Sentra mulai mencontoh gerakan-gerakan yang ada di film tersebut, dan akhirnya menyebar dari mulut ke mulut, hingga berkembang sekarang ini.

Selain berlatih, komunitas JUMPalitan juga biasa mengikuti event-event sosial. Mereka aktif mengikuti kegiatan Earth Hour, hari Lingkungan Hidup, Save Earth Save Jogja, Hari Batik Nasional, hingga event sosial lainnya. Komunitas ini juga berpartisipasi untuk donor darah dua kali dalam setahun.

Menurut pria kelahiran Pangkal Pinang, 1 Januari 1985 ini, JUMPalitan juga rutin mengikuti event Gathering setahun sekali ‘Jamming Nasional Parkour Indonesia’. Mereka juga kerap berlatih, dan jalan-jalan ke kota-kota lain, setiap ada waktu dan undangan dari kota tersebut.
Keanggotaan komunitas ini memang sangat beragam, ada yang mulai mendalami parkour sejak SD, SMA, Kuliah, bahkan mereka yang sudah bekerja juga bisa bergabung. “Untuk sekarang yang terdaftar ada 100 lebih anggota, tapi yang aktif latihan ada 20 hingga 30 orang. JUMPalitan lebih didominasi teman-teman yang sedang kuliah,” jelas Sentra.




Komunitas JUMPalitan menerima semua kalangan untuk bergabung, bagi yang berminat untuk mendalami parkour silakan datang saja ke tempat biasa mereka berlatih. “Jangan lupa untuk membawa niat, pakaian olahraga, dan sepatu yang nyaman,” tambah Sentra.

Selain dikedua tempat tersebut, JUMPalitan juga menjelajahi tempat-tempat unik di kota Yogya seperti, Tamansari, Plengkung Gading, Pojok Benteng, Taman Budaya Yogyakarta, Xt Square, Jembatan Babarsari, Prambanan, dan banyak tempat yang memang cukup menantang. “Semua tempat menurut kami oke, karena seorang praktisi parkour harus bisa memaksimalkan tempat latihan nya, walaupun cuman sekedar lahan kosong,” aku Sentra yang sehari-harinya sibuk berwirausaha ini.

Namun tempat yang paling menarik untuk berlatih parkour bagi komunitas ini yaitu Kampus  UII Jalan Kaliurang, karena menurut mereka arsitektur bangunannya sangat lengkap, dan bisa digunakan untuk berlatih gerakan dasar parkour hingga yang advanced.



Sentra juga berpendapat bahwa menurut praktisi parkour, kegiatan ini bukanlah termasuk olahraga ekstrim. Karena parkour mengajarkan kedisiplinan, kesederhanaan, serta pengembangan fisik, pribadi, dan mental seseorang. Sedangkan untuk menghindari kejadian-kejadian yang fatal, mereka memang harus berlatih yang disiplin dan berulang-ulang, serta sederhana. “Jadi seorang praktisi parkour tidak boleh memaksakan sebuah gerakan yang tubuhnya belum kuat, biasanya kalau dipaksain pasti cedera,” katanya lalu tertawa.

Diakuinya, hanya kecintaan lah yang membuat JUMPalitan akan terus eksis di dunia parkour. Menurut Sentra, jika sudah menyukai sesuatu, pasti kita akan mempertahankannya, seperti orang yang kecanduan akan pekerjaan yang sangat disenanginya. “Parkour membuat kami lebih kuat, sehat, lincah, semangat, dan punya keluarga baru di JUMPalitan ini,” tegasnya.


Ke depannya JUMPalitan akan terus berlatih, dan mengajak masyarakat untuk mengambil bagian parkour tersebut. Bagi mereka parkour bukan sekedar olahraga lompat melompat, tapi merupakan sebuah wadah untuk mengenal sejauh mana kemapuan tubuh dan pikiran manuasia dalam berkembang. (*)



FOTO: Fan Page JUMPalitan

No comments:

Post a Comment

Featured